Thaksin Shinawatra: Dari Perdana Menteri Thailand Hingga Penasihat Danantara, Sebuah Kilas Balik
Kiprah Thaksin Shinawatra: Dari Panggung Politik Thailand Hingga Peran Strategis di Danantara
Thaksin Shinawatra, mantan Perdana Menteri Thailand, kembali menjadi sorotan publik setelah ditunjuk sebagai salah satu anggota Dewan Penasihat Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Pengumuman ini disampaikan oleh CEO Danantara, Rosan Roeslani, di Jakarta pada Senin, 24 Maret 2025. Selain Thaksin, jajaran Dewan Penasihat Danantara juga diisi oleh tokoh-tokoh global terkemuka seperti Ray Dalio, Jeffrey Sachs, Helman Sitohang, dan Chapman Taylor.
Penunjukan Thaksin di Danantara mengundang perhatian karena rekam jejaknya yang panjang dan berwarna dalam dunia politik dan bisnis. Untuk memahami signifikansi peran barunya ini, mari kita telusuri profil dan perjalanan kariernya.
Profil Singkat Thaksin Shinawatra
Thaksin Shinawatra lahir pada 26 Juli 1949, di Chiang Mai, Thailand. Ia berasal dari keluarga keturunan Tionghoa yang kemudian berkiprah secara signifikan di Thailand. Pendidikan tingginya ditempuh di bidang kepolisian, dilanjutkan dengan studi di Amerika Serikat hingga meraih gelar master dan doktor di bidang peradilan pidana. Awalnya berkarir di kepolisian, Thaksin kemudian terjun ke dunia bisnis dan berhasil mendirikan perusahaan telekomunikasi terkemuka, Advanced Info Service (AIS), serta konglomerat Shin Corporation pada tahun 1987.
Karier Politik dan Kontroversi
Thaksin memasuki dunia politik pada tahun 1998 dengan mendirikan Partai Thai Rak Thai (TRT). Keberhasilannya mengantarkannya menjadi Perdana Menteri Thailand ke-23 pada tahun 2001. Selama masa jabatannya, Thaksin dikenal dengan berbagai kebijakan populis yang berfokus pada:
- Pengentasan kemiskinan
- Pengembangan infrastruktur
- Promosi usaha kecil dan menengah (UMKM)
- Penerapan program perawatan kesehatan universal
Namun, pemerintahannya juga tidak lepas dari kontroversi. Kebijakan keras terhadap pemberontakan di wilayah selatan Thailand yang mayoritas Muslim dan program "perang melawan narkoba" yang menyebabkan ribuan kematian menuai kritik tajam.
Kudeta dan Pengasingan
Pada tahun 2006, saat menghadiri Sidang Umum PBB di Amerika Serikat, Thaksin digulingkan melalui kudeta militer. Ia kemudian menjalani masa pengasingan selama 15 tahun untuk menghindari tuntutan hukum atas tuduhan korupsi. Meskipun berada di pengasingan, Thaksin tetap memiliki pengaruh kuat dalam politik Thailand melalui partai-partai yang terafiliasi dengannya dan anggota keluarganya yang terlibat dalam pemerintahan.
Kembali ke Thailand dan Dinasti Politik Shinawatra
Thaksin kembali ke Thailand pada tahun 2023 dan sempat menjalani hukuman penjara singkat sebelum mendapatkan pembebasan bersyarat. Kembalinya Thaksin bertepatan dengan terpilihnya putri bungsunya, Paetongtarn Shinawatra, sebagai Perdana Menteri Thailand termuda pada Agustus 2024. Paetongtarn melanjutkan warisan politik keluarga Shinawatra, yang sebelumnya juga dipegang oleh Yingluck Shinawatra, adik perempuan Thaksin, yang menjabat sebagai perdana menteri dari 2011 hingga 2014.
Pada Desember 2024, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menunjuk Thaksin sebagai penasihat informal terkait kepemimpinan Malaysia di ASEAN pada tahun 2025. Penunjukan ini bertujuan memanfaatkan pengalaman luas Thaksin sebagai negarawan dalam mendukung visi ASEAN. Anwar menyatakan keyakinannya bahwa kontribusi Thaksin akan memberikan dampak positif bagi Malaysia selama masa kepemimpinannya di ASEAN.
Peran Baru di Danantara: Apa yang Diharapkan?
Dengan bergabungnya Thaksin Shinawatra ke dalam Dewan Penasihat Danantara, diharapkan ia dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pengalaman Thaksin sebagai seorang pengusaha sukses dan mantan pemimpin negara diharapkan dapat memberikan wawasan strategis dan jaringan yang luas bagi Danantara.
Namun, mengingat sejarah politiknya yang kompleks dan kontroversial, peran baru Thaksin di Danantara juga berpotensi menimbulkan berbagai tanggapan dan sorotan di kancah politik internasional. Keberhasilan Thaksin dalam menjalankan peran barunya ini akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk memanfaatkan pengalamannya secara positif dan menghindari kontroversi yang dapat merugikan reputasi Danantara.