Survei Ungkap Kekecewaan Warga Palestina Terhadap Dukungan Negara Arab-Islam untuk Gaza di Tengah Konflik
Kekecewaan Mendalam Warga Palestina Terhadap Dukungan Negara Arab-Islam
Sebuah survei yang dilakukan oleh Palestinian Centre for Public Opinion (PCPO) mengungkap sentimen mendalam di kalangan warga Palestina terkait kurangnya dukungan yang dirasakan dari negara-negara Arab dan Islam dalam menghadapi konflik yang berkecamuk di Gaza. Survei ini, yang melibatkan 1.500 responden dari Gaza dan Tepi Barat antara tanggal 5 dan 15 Maret 2025, menyoroti kekecewaan yang meluas terhadap respons negara-negara tersebut terhadap tindakan Israel di Gaza.
Frustrasi Meluas di Gaza dan Tepi Barat
Temuan survei menunjukkan tingkat frustrasi yang signifikan di kedua wilayah tersebut. Hampir tiga perempat responden di Gaza menyatakan bahwa tanggapan negara-negara Arab dan Islam tidak memadai. Pandangan serupa juga diungkapkan oleh dua pertiga warga Tepi Barat, menggarisbawahi kekecewaan kolektif di seluruh wilayah Palestina.
Nabil Kukali, Presiden dan Pendiri PCPO, mengaitkan ketidakpercayaan ini dengan normalisasi hubungan antara beberapa negara Arab dan Israel. Menurutnya, warga Palestina merasa bahwa kepentingan geopolitik dan diplomatik telah mengalahkan dukungan yang kuat terhadap hak-hak mereka.
"Secara historis, Palestina telah mengandalkan negara-negara Arab dan Islam untuk dukungan politik, diplomatik, dan material. Namun, ada persepsi bahwa banyak negara tersebut lebih mengutamakan kepentingan geopolitik dan hubungan diplomatik daripada dukungan kuat terhadap hak-hak Palestina," ujar Kukali.
Normalisasi hubungan dipandang sebagai pengkhianatan oleh banyak warga Palestina, yang percaya bahwa perjuangan mereka telah dikesampingkan demi kepentingan ekonomi dan strategis.
Kekhawatiran Atas Rencana Penggusuran dan Masa Depan Gaza
Survei tersebut juga menyoroti ketakutan warga Palestina terkait potensi rencana Amerika Serikat dan Israel untuk menggusur paksa 2,2 juta penduduk Gaza. Usulan kontroversial dari mantan Presiden AS Donald Trump untuk "mengambil alih Gaza" dan membangun "Riviera of Middle East" semakin memperburuk kekhawatiran ini.
Perbedaan Pandangan Antara Gaza dan Tepi Barat
Menariknya, survei mengungkap perbedaan pandangan antara warga Gaza dan Tepi Barat terhadap Hamas dan Otoritas Palestina. Mayoritas warga Gaza (lebih dari 60%) mendukung penyerahan kekuasaan kepada Otoritas Palestina, sementara gagasan ini hanya didukung oleh seperempat warga Tepi Barat. Di Gaza, kurang dari seperlima responden menganggap Hamas mewakili perlawanan Palestina, sementara di Tepi Barat, hampir separuh penduduk mendukung kelompok tersebut.
Penolakan Pemindahan Warga Palestina oleh Komite Arab-Islam
Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan pengusiran paksa, Komite Menteri Arab-Islam untuk Gaza telah mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali penolakan mereka terhadap pemindahan atau pengusiran rakyat Palestina dari tanah mereka, termasuk Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Mereka memperingatkan "konsekuensi serius" akibat tindakan tersebut.
Komite tersebut, yang bertemu dengan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, juga menekankan pentingnya penyatuan Jalur Gaza dan Tepi Barat di bawah Otoritas Palestina. Mereka menegaskan dukungan mereka terhadap Otoritas Palestina untuk mengemban tanggung jawab penuh di wilayah tersebut.
Perdana Menteri Mohammad Mustafa menekankan perlunya gencatan senjata permanen dan berkelanjutan serta penerapan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2735 terkait gencatan senjata.
Berikut poin-poin penting dari berita ini:
- Survei menunjukkan kekecewaan warga Palestina terhadap dukungan negara Arab-Islam.
- Normalisasi hubungan Israel dengan negara Arab dianggap sebagai penyebab ketidakpercayaan.
- Warga Palestina khawatir tentang rencana penggusuran dari Gaza.
- Ada perbedaan pandangan antara warga Gaza dan Tepi Barat tentang Hamas dan Otoritas Palestina.
- Komite Arab-Islam menolak pemindahan warga Palestina.