Adaptasi dan Profesionalisme: Kisah Perawat Indonesia di Jepang dalam Merawat Lansia

Adaptasi dan Profesionalisme: Kisah Perawat Indonesia di Jepang dalam Merawat Lansia

Bekerja di bidang perawatan lansia di Jepang menawarkan pengalaman unik sekaligus menantang bagi para perawat asing, termasuk diaspora Indonesia. Ahmad Naeni Nahwul Umam, seorang perawat Indonesia yang telah berkiprah selama 11 tahun di Jepang, berbagi pengalamannya tentang suka duka beradaptasi dengan sistem dan budaya kerja yang berbeda.

Tantangan utama yang dihadapi Ahmad adalah penguasaan bahasa Jepang, terutama istilah medis. Perbedaan terminologi antara bahasa Latin/Inggris yang umum digunakan di Indonesia dengan bahasa Jepang menjadi kendala tersendiri. Program Careworker (Kaigofukushishi) G to G Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) memberikan kesempatan bagi Ahmad untuk bekerja di Jepang sebagai perawat lansia. Sebelum penempatan, ia menjalani pelatihan intensif bahasa Jepang selama enam bulan di Indonesia dan pelatihan keterampilan tambahan selama enam bulan di Jepang. Pelatihan ini sangat penting untuk membekali para perawat dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan berkualitas.

Perbedaan Budaya Kerja dan Profesionalisme

Selain bahasa, perbedaan budaya kerja menjadi faktor penting yang perlu diadaptasi. Di Indonesia, hubungan antara perawat dan pasien seringkali akrab dan kekeluargaan. Namun, di Jepang, profesionalisme sangat dijunjung tinggi. Perawat diharapkan fokus pada tugas dan tanggung jawab mereka tanpa melibatkan emosi pribadi yang berlebihan.

"Di Indonesia, hubungan perawat dan pasien bisa sangat dekat seperti keluarga. Namun, di Jepang, kita harus menjaga profesionalisme," ujar Ahmad.

Pasien di Jepang dikenal sangat memperhatikan kualitas pelayanan. Mereka memiliki ekspektasi tinggi terhadap perawat. Oleh karena itu, perawat asing harus menunjukkan kompetensi dan pemahaman yang mendalam tentang pekerjaan mereka. Mereka juga harus memahami batasan-batasan yang jelas dalam melaksanakan tugas.

Berikut adalah poin-poin penting mengenai perbedaan budaya kerja yang dihadapi perawat Indonesia di Jepang:

  • Bahasa Medis: Penguasaan istilah medis dalam bahasa Jepang menjadi krusial.
  • Profesionalisme: Menjaga jarak profesional dengan pasien dan fokus pada tugas.
  • Ekspektasi Pasien: Memenuhi standar pelayanan yang tinggi dari pasien Jepang.
  • Batasan Kerja: Memahami dan menghormati batasan-batasan dalam pekerjaan.

Adaptasi dan Nilai-Nilai Indonesia

Meski menghadapi banyak tantangan, Ahmad merasa bahwa nilai-nilai yang ia bawa dari Indonesia memudahkannya untuk beradaptasi di Jepang. Ia menyarankan kepada perawat Indonesia lainnya yang ingin bekerja di Jepang untuk tetap mempertahankan nilai-nilai positif tersebut.

"Nilai-nilai dari Indonesia, seperti keramahan dan kepedulian, sangat membantu saya dalam berinteraksi dengan pasien," kata Ahmad.

Pengalaman Ahmad menunjukkan bahwa bekerja sebagai perawat lansia di Jepang membutuhkan persiapan matang dan kemampuan beradaptasi yang tinggi. Penguasaan bahasa, pemahaman budaya kerja, dan profesionalisme adalah kunci keberhasilan. Selain itu, mempertahankan nilai-nilai positif dari Indonesia juga dapat membantu perawat dalam menjalin hubungan baik dengan pasien dan kolega.