Refleksi Perempuan dalam 'Dunia Perempuan Gila': Ngabuburit Bermakna di Sumenep
Teater 'Dunia Perempuan Gila' Guncang Sumenep: Refleksi Mendalam tentang Peran Wanita
Momen ngabuburit di bulan Ramadan kali ini diwarnai dengan suguhan seni yang tak biasa. Di auditorium lantai tiga Kampus STKIP Sumenep, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sanggar Lentera menghadirkan pertunjukan teater bertajuk 'Dunia Perempuan Gila'. Adaptasi dari cerpen 'Membunuh Mini' karya M Aan Mansyur ini, menjadi antitesis dari kebiasaan ngabuburit yang hanya diisi dengan berburu takjil atau berselancar di media sosial.
Pertunjukan dimulai dengan adegan seorang wanita yang tengah bergulat dengan gejolak batinnya. Ekspresi gelisah dan napas tersengal menggambarkan teror yang menghantuinya. Adegan ini menjadi pembuka yang kuat, mengantarkan penonton pada refleksi mendalam tentang peran dan eksistensi perempuan dalam masyarakat.
Sutradara Shinfy Aulia menjelaskan bahwa lakon ini bertujuan untuk mengingatkan kembali bagaimana perempuan seringkali dituntut untuk menjadi sosok yang sempurna: baik, patuh, dan tidak melawan. Tuntutan ini seolah menjadi beban berat yang harus dipikul oleh setiap perempuan. Menurutnya, perempuan juga memiliki hak yang sama untuk mencintai dan dicintai, layaknya laki-laki.
"Kenyataan ini seperti menjadi elegi. Karena sebagai mahluk, perempuan juga diberi karunia cinta yang sama dengan mahluk lainnya, seperti laki-laki misalnya," ungkap Shinfy.
Lebih lanjut, Shinfy menyoroti bahwa perempuan seringkali menjadi objek ejekan dan sasaran hujatan. Melalui 'Dunia Perempuan Gila', ia mengajak penonton untuk melawan stereotip absurd yang merugikan perempuan. Pertunjukan ini menjadi ruang untuk menyuarakan ketidakadilan dan memperjuangkan kesetaraan.
Selain 'Dunia Perempuan Gila', Sanggar Lentera juga menampilkan lakon 'Mimpi dalam Jeruji Besi' yang juga diadaptasi dari cerpen yang sama. Ketua umum Sanggar Lentera, Ari Firmansyah, menyatakan bahwa pementasan teater di bulan Ramadan, khususnya di Sumenep, adalah hal yang langka. Ia berharap, pertunjukan ini dapat menjadi alternatif ngabuburit yang positif dan bermakna.
Menghidupkan Diskusi dan Semangat Berkarya
Ari juga berharap bahwa pertunjukan ini dapat menghidupkan kembali diskusi secara langsung, tanpa terhalang oleh gawai. Di tengah gempuran konten media sosial yang seringkali kurang edukatif, Sanggar Lentera ingin menjaga semangat kekaryaan dalam berkesenian.
"Ini sebagai alternatif untuk ngabuburit dan juga sebagai pekerja seni kami harus terus berkarya," tegas Ari.
Pementasan 'Dunia Perempuan Gila' dan 'Mimpi dalam Jeruji Besi' menjadi bukti bahwa ngabuburit tidak harus selalu identik dengan kegiatan konsumtif atau hiburan semata. Seni teater dapat menjadi sarana untuk merefleksikan diri, mengkritisi realitas sosial, dan menginspirasi perubahan. Inisiatif Sanggar Lentera ini patut diapresiasi sebagai upaya untuk menghadirkan alternatif ngabuburit yang bermakna dan edukatif di tengah masyarakat Sumenep.