OXO Group Kolaborasi dengan Arsitek Austria, Hadirkan Konsep Hunian 'Work Life Balance' di Bali
OXO Group Gandeng Arsitek Austria untuk Proyek Hunian Berkelanjutan di Bali
Perusahaan pengembang properti terkemuka yang berbasis di Bali, OXO Group, tengah mempersiapkan proyek ambisius bernama OXO The Pavilions. Proyek ini dirancang untuk menghadirkan konsep wellness living yang mengintegrasikan keseimbangan antara kehidupan profesional dan personal (work life balance). Untuk merealisasikan visi ini, OXO Group menggandeng arsitek ternama asal Austria, Chris Precht, pendiri Studio Precht yang dikenal dengan pendekatan desain inovatif dan berkelanjutan.
Kolaborasi untuk Hunian Masa Depan
Johannes Weissenbaeck, Pendiri dan CEO OXO Group, menyatakan bahwa OXO The Pavilions bukan sekadar proyek properti biasa. Lebih dari sekadar investasi yang menguntungkan, proyek ini diharapkan dapat menjadi ruang hidup yang menginspirasi dan meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Pemilihan Chris Precht sebagai mitra arsitek bukan tanpa alasan. Weissenbaeck melihat Precht sebagai representasi arsitek generasi baru yang memahami bahwa desain harus melampaui estetika visual. Desain yang baik harus mampu membentuk gaya hidup, memperkuat komunitas, dan berkontribusi pada lingkungan yang lebih baik.
"Kami ingin melibatkan talenta-talenta terbaik dari seluruh dunia ke Bali, namun tetap menjaga akar budaya dan alam Pulau Dewata," ujar Weissenbaeck.
Chris Precht sendiri merupakan figur yang diakui secara global dalam dunia arsitektur. Studio Precht telah merancang lebih dari 130 proyek, dengan 40 di antaranya telah berhasil dibangun di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Timur Tengah, dan Asia. Keterlibatan Studio Precht dalam proyek OXO The Pavilions menandai debut mereka di Indonesia.
Arsitektur yang Berkelanjutan dan Berpusat pada Manusia
Precht menekankan pentingnya integritas ekologis, keaslian budaya, dan pemanfaatan teknologi dalam setiap desain arsitektur. Menurutnya, bangunan harus lebih dari sekadar aset; bangunan harus menjadi ruang hidup yang sehat, regeneratif, dan mendukung kesejahteraan penghuninya.
"Arsitektur harus mengekspresikan tempat dan waktunya sendiri," kata Precht. "Di Bali, hal itu berarti mendesain untuk mengekspresikan cahaya, hujan, ritual, alam, dan generasi yang mencari tujuan hidup dan aspek lainnya."
Konsep desain yang diusung Precht sejalan dengan misi OXO Group untuk membangun konstruksi berkualitas tinggi dengan dampak minimal terhadap lingkungan. Proyek OXO The Pavilions akan mengintegrasikan prinsip-prinsip arsitektur yang mempertimbangkan tiga aspek utama:
- Tanah: Meminimalkan dampak terhadap lingkungan alam dan memaksimalkan penggunaan sumber daya lokal.
- Budaya: Menghormati dan mengintegrasikan elemen-elemen budaya Bali dalam desain.
- Masa Depan: Menciptakan ruang hidup yang adaptif, fleksibel, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Weissenbaeck menambahkan bahwa pendekatan Studio Precht yang inovatif, fleksibel, dan didukung oleh kecerdasan buatan (AI) sangat sesuai dengan visi OXO Group.
Menuju Peluncuran di Tahun 2025
OXO Group menargetkan peluncuran OXO The Pavilions pada pertengahan tahun 2025. Dengan kolaborasi bersama Chris Precht dan Studio Precht, OXO Group optimis dapat menghadirkan hunian yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga memberikan dampak positif bagi penghuninya dan lingkungan sekitar. Proyek ini diharapkan dapat menjadi contoh bagaimana arsitektur berkelanjutan dan desain yang berpusat pada manusia dapat menciptakan ruang hidup yang lebih baik dan lebih bermakna.
"Sekarang waktunya menciptakan bangunan fleksibel dan adaptif yang mencerminkan cara hidup manusia yang sebenarnya," pungkas Chris Precht.