Kerugian Ekologis: Deforestasi Indonesia Sentuh Angka 175 Ribu Hektare di Tahun 2024 Akibat Karhutla dan Degradasi Lahan Gambut

Alarm Deforestasi: Indonesia Kehilangan 175 Ribu Hektare Hutan di Tahun 2024

Jakarta - Kabar buruk bagi lingkungan hidup Indonesia datang dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Data terbaru menunjukkan bahwa deforestasi di Indonesia mencapai angka yang mengkhawatirkan, yaitu 175.400 hektare sepanjang tahun 2024. Angka ini menjadi sorotan tajam dan memicu kekhawatiran akan dampak jangka panjang terhadap ekosistem, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.

Menurut Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan KLHK, Agus Budi Santosa, faktor utama pemicu deforestasi adalah kombinasi antara kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang dahsyat, serta degradasi lahan gambut yang terus berlanjut. Kondisi ini diperparah dengan aktivitas ilegal seperti perambahan hutan dan pembalakan liar yang masih marak terjadi di berbagai wilayah.

"Setelah melakukan verifikasi lapangan secara mendalam, kami menemukan bahwa sebagian besar deforestasi disebabkan oleh kebakaran hutan yang meluas. Selain itu, perambahan hutan dan pembalakan liar juga memberikan kontribusi signifikan terhadap hilangnya tutupan hutan," ujar Agus dalam konferensi pers di Jakarta.

Karhutla menjadi ancaman serius karena mampu menghancurkan ekosistem hutan dalam waktu singkat. Api yang membakar lahan gambut juga sangat sulit dipadamkan dan dapat melepaskan emisi karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, mempercepat perubahan iklim. Degradasi lahan gambut, akibat drainase yang berlebihan dan alih fungsi lahan, juga meningkatkan risiko kebakaran dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Upaya Restorasi dan Konservasi

Menyadari ancaman serius ini, KLHK telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi deforestasi dan memulihkan ekosistem yang rusak. Salah satu upaya utama adalah melalui program reforestasi dan rehabilitasi hutan dan lahan. Pada tahun 2024, KLHK telah merehabilitasi hutan dan lahan seluas 217.900 hektare, dengan rincian 71.300 hektare di dalam kawasan hutan dan 146.600 hektare di luar kawasan hutan.

Selain reforestasi, KLHK juga fokus pada upaya konservasi lahan gambut. Lahan gambut memiliki peran penting dalam menyimpan karbon dan menjaga keseimbangan hidrologis. Oleh karena itu, menjaga lahan gambut tetap basah menjadi prioritas untuk mencegah kebakaran dan mengurangi emisi karbon.

"Kami sangat menekankan pentingnya menjaga lahan gambut tetap basah. Lahan gambut yang kering sangat rentan terhadap kebakaran dan sulit dipadamkan. Dengan menjaga kelembapan lahan gambut, kita dapat mengurangi risiko kebakaran dan emisi karbon secara signifikan," jelas Agus.

Upaya rehabilitasi lahan juga dilakukan melalui program penanaman tanaman produktif yang melibatkan masyarakat setempat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memulihkan ekosistem yang rusak. Jenis tanaman yang ditanam bervariasi, mulai dari tanaman berkayu hingga tanaman tidak berkayu, disesuaikan dengan kondisi lahan dan kebutuhan masyarakat.

Tantangan dan Harapan

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tantangan dalam mengatasi deforestasi masih sangat besar. Perubahan iklim, aktivitas ilegal, dan konflik kepentingan menjadi faktor penghambat yang perlu diatasi secara komprehensif. Diperlukan kerjasama yang erat antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

KLHK berharap bahwa dengan upaya yang terus-menerus dan dukungan dari semua pihak, deforestasi di Indonesia dapat ditekan dan ekosistem hutan dapat dipulihkan. Keberhasilan dalam mengatasi deforestasi akan memberikan manfaat besar bagi lingkungan hidup, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Rincian Upaya Rehabilitasi:

  • Rehabilitasi di dalam kawasan hutan: 71.300 hektare
  • Rehabilitasi di luar kawasan hutan: 146.600 hektare

Fokus Konservasi Gambut:

  • Memastikan lahan gambut dengan kedalaman lebih dari 3 meter tetap basah
  • Mencegah penyebaran kebakaran hutan melalui pengelolaan air yang efektif

Program Penanaman Produktif:

  • Melibatkan masyarakat setempat dalam penanaman tanaman berkayu dan tidak berkayu
  • Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sambil memulihkan ekosistem yang rusak