Israel Hentikan Bantuan ke Gaza, Picu Kecaman Internasional dan Perdebatan Gencatan Senjata
Israel Hentikan Bantuan ke Gaza, Picu Kecaman Internasional dan Perdebatan Gencatan Senjata
Langkah kontroversial diambil Israel dengan menghentikan seluruh pasokan barang dan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza menyusul berakhirnya fase pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada Sabtu, 1 Maret 2025. Keputusan ini diumumkan tanpa penjelasan detail oleh pihak berwenang Israel, memicu kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk Hamas dan komunitas internasional. Israel mengklaim penghentian bantuan ini sebagai upaya untuk mendorong Hamas menerima proposal Amerika Serikat (AS) terkait perpanjangan gencatan senjata, dengan ancaman konsekuensi lebih lanjut jika proposal tersebut ditolak.
Hamas mengecam keras keputusan tersebut. Dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis Minggu, 2 Maret 2025, Hamas menyebut tindakan Israel sebagai bentuk pemerasan, kejahatan perang, dan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata. Mereka menegaskan bahwa perpanjangan gencatan senjata hanya akan diterima jika fase kedua kesepakatan, yang mencakup pembebasan sandera dan penarikan pasukan Israel, dijalankan. Pemimpin Hamas, Mahmoud Mardawi, menekankan bahwa stabilitas regional dan pemulangan para tahanan hanya dapat tercapai dengan menyelesaikan pelaksanaan seluruh perjanjian, dimulai dengan fase kedua.
Sementara itu, di Washington, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengumumkan persetujuan penjualan militer besar-besaran senilai hampir USD 12 miliar kepada Israel, serta penggunaan wewenang darurat untuk mempercepat pengiriman bantuan militer tambahan senilai USD 4 miliar. Rubio menegaskan komitmen berkelanjutan AS terhadap keamanan Israel, sebuah pernyataan yang menimbulkan pertanyaan mengenai keseimbangan bantuan kemanusiaan dan dukungan militer di tengah situasi yang rapuh di Gaza.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran kemanusiaan yang serius. Hampir seluruh wilayah Gaza berbatasan langsung dengan daerah yang dikuasai Israel, kecuali perbatasan di Rafah dengan Mesir. Penghentian bantuan menimbulkan ancaman terhadap jutaan warga sipil Gaza yang telah menderita dampak konflik berkepanjangan. Meskipun Israel mengusulkan perpanjangan fase pertama gencatan senjata hingga Ramadan dan Paskah, atau hingga 20 April, langkah tersebut tidak menjamin penyelesaian konflik dan justru memicu ketegangan baru.
Kedua pihak, Israel dan Hamas, belum merundingkan fase kedua perjanjian gencatan senjata. Fase kedua ini sangat penting karena berfokus pada pembebasan puluhan sandera yang masih ditahan oleh Hamas sebagai imbalan atas penarikan pasukan Israel dan gencatan senjata permanen. Kegagalan mencapai kesepakatan mengenai fase kedua ini berpotensi memicu eskalasi konflik yang lebih berbahaya.
Peristiwa ini menyoroti kompleksitas dan sensitivitas konflik Israel-Hamas. Keputusan Israel untuk menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza telah menjadi titik fokus perdebatan internasional, menyingkap pertaruhan tinggi dalam upaya mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Kondisi ini juga menunjukkan kompleksitas peran AS dalam konflik ini, di mana bantuan militer besar-besaran kepada Israel berjalan beriringan dengan upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan.
Sumber: Associated Press, AFP, Reuters