Kontroversi Penemuan 'Kota Bawah Tanah' di Bawah Piramida Giza: Klaim Ilmuwan Dimentahkan Arkeolog

Kontroversi Penemuan 'Kota Bawah Tanah' di Bawah Piramida Giza: Klaim Ilmuwan Dimentahkan Arkeolog

Klaim sensasional tentang penemuan kompleks bawah tanah yang luas di bawah Piramida Giza, Mesir, telah memicu perdebatan sengit antara ilmuwan dan arkeolog. Sementara sekelompok peneliti mengklaim telah menemukan bukti 'Aula Ameinti' legendaris dan bahkan 'kota bawah tanah' menggunakan teknologi radar canggih, para ahli arkeologi terkemuka dengan tegas membantah validitas temuan tersebut.

Laporan yang beredar luas di media sosial ini didasarkan pada penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal MDPI Remote Sensing pada Oktober 2022. Dalam makalah tersebut, Filippo Biondi dan Corrado Malanga menguraikan bagaimana mereka menggunakan teknik Synthetic Aperture Radar (SAR) untuk memindai interior piramida dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hasilnya, mereka mengklaim, mengungkap jaringan kompleks ruang bawah tanah, lorong, dan kekosongan besar yang terhubung ke Galeri Agung piramida.

Temuan spesifik yang diklaim oleh para ilmuwan tersebut meliputi:

  • Lima struktur kecil menyerupai ruangan di bagian tengah piramida.
  • Jalur yang menghubungkan struktur-struktur tersebut dan mengarah ke bawah permukaan.
  • Delapan struktur vertikal besar, diduga sumur atau terowongan, yang membentang ribuan kaki di bawah tanah.

Para peneliti mengklaim bahwa data radar diubah menjadi data fononik, mengungkap infrastruktur yang lebih besar di bawah piramida. Mereka berencana untuk melakukan analisis lebih lanjut dan penggalian untuk memverifikasi keberadaan struktur-struktur ini, tetapi belum mengungkapkan potensi fungsi dari kompleks bawah tanah tersebut.

Penolakan dari Komunitas Arkeologi

Klaim yang dibuat oleh Biondi dan Malanga dengan cepat menuai kritik tajam dari para arkeolog. Zahi Hawass, arkeolog terkemuka dan mantan Menteri Purbakala Mesir, menyebut klaim tersebut "sepenuhnya salah dan berita palsu." Hawass menekankan bahwa teknik yang digunakan dalam penelitian tersebut tidak divalidasi secara ilmiah.

Keraguan juga diungkapkan oleh para ahli radar lainnya. Seorang peneliti di Universitas Denver berpendapat bahwa teknologi saat ini belum cukup canggih untuk menghasilkan gambar yang diklaim dalam laporan tersebut. Lawrence Conyers, seorang pakar radar, menyarankan bahwa struktur-struktur kecil yang terdeteksi di dekat permukaan mungkin ada, tetapi lebih mungkin terkait dengan sejarah area tersebut sebagai situs suci bahkan sebelum piramida dibangun.

Pertanyaan Metode Penelitian

Salah satu poin utama yang menjadi perhatian adalah kurangnya verifikasi independen atas penelitian ini. Para kritikus mencatat bahwa temuan tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat dan belum dipublikasikan melalui saluran penelitian yang lebih tradisional. Ketiadaan transparansi ini menimbulkan pertanyaan tentang validitas metodologi dan interpretasi data yang digunakan oleh Biondi dan Malanga.

Implikasi dan Spekulasi

Terlepas dari keraguan ilmiah, klaim tentang 'kota bawah tanah' di bawah Piramida Giza telah memicu imajinasi publik. Teori-teori konspirasi dan spekulasi tentang tujuan sebenarnya dari piramida, serta keberadaan peradaban kuno yang hilang, telah kembali mencuat.

Namun, penting untuk mendekati klaim semacam itu dengan skeptisisme yang sehat dan bergantung pada bukti yang diverifikasi secara ilmiah. Sementara kemungkinan penemuan arkeologi baru selalu menarik, mereka harus didukung oleh penelitian yang ketat dan validasi dari para ahli di lapangan.