Mempererat Ukhuwah: Silaturahmi sebagai Jembatan Cinta Sesama Makhluk Ciptaan Tuhan
Mempererat Ukhuwah: Silaturahmi sebagai Jembatan Cinta Sesama Makhluk Ciptaan Tuhan
Silaturahmi, sebuah konsep yang berakar dalam tradisi Islam, memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar kunjungan dan percakapan. Kata ini berasal dari dua suku kata, "sila" yang berarti hubungan atau koneksi, dan "rahim" yang merujuk pada kasih sayang dan cinta. Dengan demikian, silaturahmi dapat diartikan sebagai upaya untuk menjalin dan mempererat hubungan kasih sayang, bukan hanya antar manusia, tetapi juga dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan.
Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, Imam Besar Masjid Istiqlal, dalam sebuah kesempatan ceramah yang disiarkan oleh detikcom, menekankan pentingnya silaturahmi yang melampaui batas-batas duniawi. Menurut beliau, silaturahmi tidak terhenti pada kematian. Bahkan, orang-orang yang telah meninggal dunia pun dapat merasakan manfaat dari silaturahmi yang kita lakukan.
Silaturahmi dengan yang Telah Tiada
Bagaimana cara bersilaturahmi dengan keluarga atau kerabat yang telah meninggal? Prof. Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa mengirimkan doa, terutama Surah Al-Fatihah, merupakan bentuk silaturahmi yang sangat berarti bagi mereka. Doa-doa tersebut menjadi "bingkisan" yang menghibur dan memberikan ketenangan bagi mereka di alam kubur. Beliau juga menambahkan bahwa doa dari orang-orang yang masih hidup adalah rezeki bagi mereka yang telah meninggal. Doa menjadi santapan rohani yang sangat berharga bagi ahli kubur.
Silaturahmi Universal: Melampaui Batas Kemanusiaan
Lebih jauh lagi, Prof. Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa silaturahmi tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia. Kita juga dapat dan bahkan seharusnya bersilaturahmi dengan binatang dan tumbuhan. Kisah Nabi Muhammad SAW dengan seekor kijang betina di padang pasir menjadi contoh nyata bagaimana Rasulullah menjalin hubungan harmonis dengan makhluk selain manusia.
Kisah tersebut menceritakan bahwa Rasulullah SAW mendengar panggilan dari seekor kijang yang meminta izin untuk menyusui anak-anaknya di gunung. Kijang tersebut berjanji akan kembali setelah menyelesaikan tugasnya. Rasulullah, dengan penuh kasih sayang, melepaskan tali ikatannya, dan kijang itu pun pergi. Setelah beberapa waktu, kijang itu kembali seperti yang telah dijanjikan.
Tak lama kemudian, pemilik kijang datang dan menawarkan kijang tersebut kepada Rasulullah. Rasulullah menerima tawaran tersebut, namun kemudian membawa kijang itu ke atas bukit dan melepaskannya kembali. Tindakan ini menunjukkan kebijaksanaan Rasulullah dalam menjaga perasaan pemilik kijang dan sekaligus membebaskan kijang tersebut untuk kembali kepada anak-anaknya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa sahabat Nabi tidak hanya berasal dari kalangan manusia, tetapi juga dari kalangan binatang. Bahkan, tumbuhan pun dianggap sebagai sahabat Nabi. Oleh karena itu, seluruh makhluk ciptaan Allah adalah sahabat kita dan patut diperlakukan dengan kasih sayang dan hormat.
Implementasi Silaturahmi di Bulan Ramadan
Di bulan suci Ramadan yang penuh berkah ini, Prof. Nasaruddin Umar mengajak kita semua untuk senantiasa menjaga tali silaturahmi dengan sesama makhluk Allah SWT. Ramadan adalah momen yang tepat untuk mempererat hubungan dengan keluarga, teman, kerabat, dan bahkan dengan lingkungan sekitar kita. Dengan bersilaturahmi, kita tidak hanya memperkuat ukhuwah Islamiyah, tetapi juga menebarkan cinta dan kasih sayang kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan.
Mari jadikan Ramadan ini sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas silaturahmi kita, baik dengan sesama manusia maupun dengan seluruh makhluk ciptaan Allah. Dengan demikian, kita dapat meraih keberkahan Ramadan dan menjadi pribadi yang lebih baik di mata Allah SWT.
- Doa: Media ampuh untuk bersilaturahmi dengan yang telah meninggal dunia.
- Kasih Sayang: Pondasi utama dalam menjalin hubungan yang harmonis.
- Ramadan: Momentum tepat untuk meningkatkan kualitas silaturahmi.