Di Balik Lensa: Kisah Para Jurnalis Meliput Arus Mudik di Pelabuhan Ketapang
Mengabadikan Momen Mudik: Perjuangan Wartawan di Pelabuhan Ketapang
Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menjadi pusat perhatian setiap musim mudik. Bukan hanya karena menjadi gerbang penyeberangan menuju Bali, tetapi juga karena di sanalah para jurnalis berjuang mengabadikan momen dan menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Di bawah terik matahari yang membakar, para pewarta dari berbagai media lokal dan nasional bahu-membahu mengumpulkan data, mewawancarai pemudik, dan memotret setiap detail perjalanan. Mereka menghadapi tantangan yang beragam, mulai dari cuaca ekstrem, hingga kesulitan mencari narasumber yang bersedia berbagi cerita.
Tantangan di Lapangan:
- Cuaca Ekstrem: Panasnya Pelabuhan Ketapang menjadi musuh utama para jurnalis, terutama bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa. Dehidrasi dan kelelahan menjadi ancaman nyata.
- Mencari Narasumber: Tidak semua pemudik bersedia diwawancarai atau difoto. Jurnalis harus pandai-pandai mendekati dan meyakinkan mereka untuk berbagi cerita.
- Mengejar Momen: Arus mudik adalah lautan manusia yang bergerak cepat. Jurnalis foto harus jeli menangkap momen-momen penting dan emosional.
- Informasi Akurat: Menyampaikan informasi yang tepat dan akurat sangat penting, terutama terkait jadwal penyeberangan, penutupan pelabuhan, dan imbauan keselamatan.
Kisah di Balik Layar:
Fredy Rizki Manunggal dari Radar Banyuwangi, telah meliput arus mudik di Ketapang sejak 2018. Ia merasakan pahit manisnya bertugas di tengah keramaian pelabuhan, terutama saat harus menahan lapar dan haus di bulan Ramadhan. Namun, melihat semangat para pemudik membuatnya tetap bersemangat.
Ayu Lestari dari beritajatim.com, baru pertama kali meliput arus mudik di Ketapang. Ia mengakui pentingnya persiapan fisik dan mental untuk menghadapi tantangan di lapangan. Baginya, setiap wawancara adalah kesempatan untuk menggali cerita unik dari para pemudik.
Ramada Kusuma, pewarta foto dari Jawa Pos, mengandalkan jaringan pertemanan untuk mendapatkan informasi tentang waktu-waktu ramai di pelabuhan. Ia selalu berusaha mengejar momen terbaik untuk diabadikan dalam foto.
Rendra Farandika, jurnalis Kompas TV, melihat liputan mudik sebagai tugas, kepedulian, dan ibadah. Ia berusaha menyampaikan informasi penting kepada masyarakat terkait penutupan pelabuhan saat Hari Raya Nyepi, sehingga pemudik dapat merencanakan perjalanan dengan baik. Respon positif dari pemudik menjadi motivasi baginya untuk terus memberikan informasi yang bermanfaat.
Lebih dari Sekadar Angka:
Para jurnalis yang bertugas di Pelabuhan Ketapang menyadari bahwa liputan mudik bukan hanya tentang angka penumpang atau jadwal kapal. Lebih dari itu, ini adalah tentang cerita manusia, tentang harapan, perjuangan, dan rindu yang akan segera terobati. Mereka berusaha mengabadikan setiap momen dan menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat, dengan harapan dapat membantu mempermudah perjalanan mudik dan membuat perayaan Idul Fitri semakin bermakna.