Hutama Karya Garap Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp 2,79 Triliun dengan Skema KPBU
Flyover Sitinjau Lauik: Solusi Infrastruktur dan Pendorong Ekonomi Sumatera Barat
Jakarta, [Tanggal Hari Ini] – Kabar baik bagi Sumatera Barat! PT Hutama Karya (Persero) secara resmi memulai pembangunan Flyover Panorama I (Sitinjau Lauik I) melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Proyek monumental ini diharapkan menjadi solusi atas tantangan infrastruktur di kawasan Sitinjau Lauik yang dikenal dengan kondisi jalan ekstremnya, sekaligus menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat.
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang krusial ini telah dilaksanakan pada Jumat, 21 Maret 2025, di Auditorium Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan. Acara tersebut menandai komitmen kuat dari pemerintah dan sektor swasta untuk mewujudkan proyek strategis ini. Direktur Jenderal Bina Marga, Roy Rizali Anwar, dan Direktur PT Hutama Panorama Sitinjau Lauik (HPSL), Michael AP Rumenser, secara resmi menandatangani PKS tersebut, disaksikan oleh para pejabat tinggi dari kedua belah pihak.
Adjib Al Hakim, EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, menegaskan bahwa proyek KPBU Flyover Sitinjau Lauik merupakan langkah transformatif untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di Sumatera Barat. “Melalui skema KPBU, kami memastikan bahwa proyek ini tidak hanya responsif terhadap kebutuhan mendesak infrastruktur, tetapi juga berkelanjutan dan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dirilis pada Senin, 24 Maret 2025.
Detail Proyek dan Dampak Signifikan
Proyek senilai Rp 2,79 triliun ini melibatkan PT Hutama Panorama Sitinjau Lauik (PT HPSL) sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP). PT HPSL merupakan perusahaan konsorsium yang dibentuk oleh dua raksasa konstruksi, yaitu Hutama Karya (dengan kepemilikan saham 55%) dan HKI (dengan kepemilikan saham 45%). Kemitraan strategis ini menggabungkan keahlian dan sumber daya dari kedua perusahaan untuk memastikan keberhasilan proyek.
Flyover Sitinjau Lauik ditargetkan selesai dalam waktu 2,5 tahun masa konstruksi, diikuti oleh masa operasi selama 10 tahun. Ruang lingkup pekerjaan mencakup:
- Perencanaan teknis yang matang dan mendetail.
- Pembangunan jalan dan jembatan (flyover) sepanjang 2,774 kilometer.
- Preservasi dan pemeliharaan jalan selama masa operasional untuk memastikan kualitas dan keamanan infrastruktur.
Lebih dari sekadar infrastruktur, Flyover Sitinjau Lauik diproyeksikan memberikan dampak positif yang luas bagi Sumatera Barat. Adjib Al Hakim menambahkan, “Flyover ini akan membuka aksesibilitas yang lebih baik ke destinasi wisata unggulan seperti Danau Singkarak dan Lembah Harau, sehingga meningkatkan potensi pariwisata di wilayah tersebut.” Peningkatan aksesibilitas ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan, baik domestik maupun internasional, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Selain sektor pariwisata, Flyover Sitinjau Lauik juga akan memperlancar distribusi barang dan logistik. Dengan mengurangi kemacetan dan meningkatkan efisiensi transportasi, proyek ini diharapkan dapat menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya saing produk-produk Sumatera Barat. Pada akhirnya, proyek ini akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.
Proyek Flyover Sitinjau Lauik bukan hanya sekadar pembangunan fisik, tetapi juga investasi strategis untuk masa depan Sumatera Barat. Dengan meningkatkan infrastruktur, pariwisata, dan efisiensi logistik, proyek ini akan membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.