Pariwisata Bali Dominasi Devisa Nasional, Namun Kunjungan Wisatawan Nusantara Belum Pulih

Pariwisata Bali Dominasi Devisa Nasional, Namun Kunjungan Wisatawan Nusantara Belum Pulih

Provinsi Bali membuktikan diri sebagai tulang punggung devisa sektor pariwisata nasional. Data terbaru menunjukkan kontribusi Bali mencapai angka yang signifikan, yakni 44 persen atau setara dengan Rp 107 triliun dari total devisa pariwisata Indonesia pada tahun 2024. Hal ini diungkapkan Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam pidato kenegaraan di sidang paripurna DPRD Bali, Selasa (4/2/2025). Angka ini menunjukkan betapa vitalnya sektor pariwisata bagi perekonomian Bali dan sekaligus nasional.

Ketergantungan ekonomi Bali pada sektor pariwisata memang sangat tinggi, mencapai 66 persen. Koster menekankan perlunya transformasi ekonomi Bali untuk menciptakan keseimbangan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Ia menyadari potensi risiko yang ditimbulkan oleh ketergantungan yang terlalu besar pada satu sektor saja. Langkah strategis untuk diversifikasi ekonomi menjadi agenda penting untuk masa depan perekonomian Bali yang lebih berkelanjutan dan resilient.

Dominasi kontribusi devisa pariwisata Bali didorong oleh jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang tinggi. Pada tahun 2024, tercatat 6,6 juta wisman mengunjungi Pulau Dewata. Angka ini cukup signifikan jika dibandingkan dengan total kunjungan wisman ke Indonesia yang mencapai 13,9 juta orang. Hal ini menunjukkan daya tarik Bali di mata wisatawan internasional.

Namun, dibalik keberhasilan tersebut, terdapat tantangan yang perlu diatasi. Koster menyoroti belum pulihnya kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) pasca pandemi COVID-19. Jumlah kunjungan wisnus pada tahun 2024 tercatat sebanyak 9,6 juta orang, masih di bawah angka kunjungan sebelum pandemi yang mencapai 10,5 juta orang. Perbedaan ini menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam kunjungan wisatawan domestik ke Bali.

Beberapa faktor diduga menjadi penyebab rendahnya kunjungan wisnus. Salah satu faktor yang ditekankan Gubernur Koster adalah tingginya harga tiket pesawat. Kenaikan harga tiket penerbangan domestik dinilai menghambat minat masyarakat Indonesia untuk berwisata ke Bali. Kondisi ekonomi nasional yang belum sepenuhnya pulih juga turut berperan dalam penurunan jumlah kunjungan wisnus. Pemerintah Provinsi Bali perlu mencari solusi dan strategi untuk mengatasi kendala ini, sehingga kunjungan wisnus dapat kembali meningkat dan menunjang perekonomian Bali secara lebih menyeluruh. Kolaborasi dengan pemerintah pusat, industri penerbangan, dan sektor pariwisata lainnya sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan harga tiket pesawat dan merangsang kembali minat wisatawan domestik.

Secara keseluruhan, keberhasilan Bali dalam mendominasi devisa pariwisata nasional perlu diimbangi dengan upaya pemulihan kunjungan wisnus dan diversifikasi ekonomi untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan tahan terhadap goncangan ekonomi. Strategi jangka panjang yang komprehensif menjadi kunci keberhasilan dalam memajukan pariwisata Bali dan menjaga keseimbangan perekonomian daerah.