Misteri Kematian Akseyna: Satu Dekade Tanpa Kejelasan, Keluarga Desak Penyelidikan Terbuka
Satu Dekade Misteri Kematian Akseyna: Keluarga Merindukan Jawaban dan Mendorong Penyelidikan Terbuka
Tepat satu dekade berlalu sejak jasad Akseyna Ahad Dori, seorang mahasiswa Biologi Universitas Indonesia (UI), ditemukan mengambang di Danau Kenanga, Depok, pada 26 Maret 2015. Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat, namun bagi keluarga Akseyna, waktu seolah berhenti. Pertanyaan besar tentang penyebab kematian Ace, sapaan akrabnya, masih menggantung tanpa jawaban pasti.
Kasus ini sempat dikategorikan sebagai dugaan bunuh diri, diperkuat dengan temuan surat wasiat yang diduga ditulis oleh Akseyna. Namun, keraguan muncul seiring berjalannya waktu. Hasil visum yang menemukan adanya luka lebam di tubuh korban, serta analisis forensik terhadap tulisan tangan dalam surat wasiat yang mengindikasikan keterlibatan dua orang, mengarah pada kemungkinan adanya tindak pidana pembunuhan.
Penantian Panjang dan Secercah Harapan
Selama sepuluh tahun terakhir, keluarga Akseyna terus berjuang mencari keadilan. Mereka menanti dengan sabar komitmen pihak kepolisian untuk mengungkap kebenaran di balik kematian tragis Ace. Secercah harapan muncul pada 25 Oktober 2024, ketika keluarga menerima Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP). Surat SP2HP ketiga ini menjadi kabar terbaru yang diterima keluarga setelah terakhir kali mendapatkan informasi pada tahun 2022.
Dalam surat tersebut, pihak kepolisian menginformasikan bahwa mereka telah melakukan pemeriksaan terhadap tiga orang saksi. Namun, identitas para saksi tersebut masih dirahasiakan. Keluarga Akseyna tidak mengetahui apakah saksi yang diperiksa adalah saksi baru atau saksi lama yang dipanggil kembali. Ketidakjelasan ini menimbulkan pertanyaan dan keraguan di benak keluarga.
"Kami enggak tahu ini saksi baru atau saksi lama yang dipanggil kembali. Kami enggak pernah dapat info dari polisi terkait nama-nama saksi yang sudah diperiksa siapa saja," ungkap Arfilla Ahad Dori, kakak Akseyna, pada Kamis (7/11/2024). Arfilla juga tidak dapat memastikan apakah pemanggilan saksi ini merupakan langkah maju dalam penyelidikan atau hanya sekadar pemeriksaan ulang.
Pemeriksaan Psikologis dan Keterbatasan Informasi
Beberapa minggu setelah menerima SP2HP, Arfilla dan ayahnya, Mardoto, menjalani pemeriksaan psikologis oleh Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor). Pemeriksaan ini dilakukan secara bergantian, Arfilla pada 16 November 2024 dan Mardoto pada 23 November 2024.
Arfilla menjelaskan bahwa dalam wawancara tersebut, para psikolog menanyakan berbagai hal tentang Akseyna, serta kondisi psikologis Arfilla saat menerima kabar duka. Namun, pihak Apsifor enggan memberikan informasi lebih lanjut mengenai perkembangan kasus ini. Mereka menyatakan bahwa tugas mereka hanya mengumpulkan data dan menyerahkannya kepada pihak kepolisian.
"Dari Apsifor, saya tanya tidak tahu ke depannya akan gimana karena katanya mereka tupoksinya hanya mengumpulkan data dan hasil untuk diserahkan ke polisi," ujar Arfilla.
Pencocokan BAP dan Desakan Penyelidikan Terbuka
Selain pemeriksaan psikologis, Mardoto juga menjalani pemeriksaan ulang dengan cara mencocokkan keterangannya dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang diambil pada tahun 2015. Sementara itu, Arfilla hanya menjalani wawancara mendasar karena sebelumnya tidak pernah di-BAP.
Merasa penyelidikan kasus Akseyna berjalan lambat dan tidak transparan, Arfilla mengusulkan agar dilakukan penyelidikan terbuka dengan melibatkan partisipasi publik. Menurutnya, keterlibatan publik dapat memberikan perspektif baru dan membantu mengungkap fakta-fakta yang mungkin terlewatkan selama ini.
"Audiensi tiga pihak di depan publik kalau perlu, supaya publik juga bisa menilai dan mungkin ikut kasih masukan," kata Arfilla.
Arfilla menambahkan, meskipun kasus ini telah ditangani oleh banyak pejabat kepolisian, lokasi kejadian tidak terlalu luas, dan berbagai ahli forensik serta kriminolog dari kampus telah dilibatkan, namun misteri kematian Akseyna masih belum terpecahkan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar di benak keluarga: Apakah memang tidak bisa diselesaikan, atau tidak ada kemauan untuk menyelesaikannya?
Keluarga Akseyna berharap agar pihak kepolisian dapat membuka kembali kasus ini dan melakukan penyelidikan yang lebih mendalam dan transparan. Mereka juga berharap agar masyarakat dapat memberikan dukungan dan masukan yang konstruktif untuk membantu mengungkap kebenaran di balik kematian Akseyna.