Elite PDIP Kecam Pernyataan Kepala PCO Soal Teror Kepala Babi: Merendahkan Kebebasan Pers

Elite PDIP Kecam Pernyataan Kepala PCO Soal Teror Kepala Babi: Merendahkan Kebebasan Pers

Jakarta - Pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi, terkait teror kepala babi yang ditujukan kepada kantor redaksi Tempo menuai kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Andreas Hugo Pareira. Politisi senior dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut menilai bahwa respons Hasan Nasbi yang menyarankan agar kepala babi tersebut "dimasak saja" adalah bentuk arogansi dan penghinaan terhadap media.

"Respons Juru Bicara Istana yang menyuruh agar kepala babi tersebut dimasak adalah arogan yang berbau penghinaan terhadap media. Tidak pantas seorang juru bicara yang merepresentasikan suara Istana berkata demikian," tegas Andreas Pareira dalam keterangan resminya, Selasa (25/3/2025).

Andreas Pareira menganggap pernyataan Hasan Nasbi tidak memiliki empati dan tidak menghargai hak asasi manusia (HAM). Seharusnya, kata Andreas, pemerintah menjamin keamanan bagi setiap warga negara dalam menjalankan profesinya, termasuk para jurnalis. Teror kepala babi ini, menurutnya, merupakan upaya untuk membungkam kebebasan pers.

"Konstitusi kita mengatur negara menjamin hak atas pekerjaan yang layak bagi setiap warganya. Layak di sini artinya termasuk dari sisi kenyamanan dan keamanan. Dan jaminan atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia. Tindakan ini bisa disebut sebagai bentuk teror yang bertujuan untuk membungkam media massa," ujarnya.

Lebih lanjut, Andreas Pareira mengecam keras sikap Hasan Nasbi dan menyarankan agar Istana tidak menanggapi teror terhadap jurnalis dengan candaan. Ia menilai bahwa pernyataan semacam itu dapat merusak citra pemerintah dalam melindungi kebebasan pers.

"Pemerintah seharusnya mengambil sikap serius terhadap upaya intimidasi terhadap pers, bukan justru meremehkan insiden ini. Pernyataan yang dianggap bercanda atau meremehkan dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap komitmen Pemerintah dalam melindungi kebebasan pers," tandasnya.

Andreas Pareira menambahkan bahwa pernyataan Hasan Nasbi telah mencoreng citra pemerintah dalam menyikapi perlindungan bagi jurnalis. Ia mendesak agar Kepala PCO tersebut meminta maaf secara terbuka atas pernyataannya yang dinilai tidak sensitif terhadap isu HAM dan meremehkan kinerja jurnalis.

"Pernyataan seorang pejabat yang meremehkan ancaman terhadap media dapat mencoreng citra Pemerintah. Apa yang disampaikan Hasan Nasbi mencerminkan sikap yang miskin etika dan tidak pantas diucapkan oleh pejabat negara," ungkapnya.

Ia menambahkan, "Pernyataan yang bersangkutan membuat publik mempertanyakan komitmen Pemerintah dalam menjamin keamanan dan kebebasan berekspresi. Dan saya rasa sebaiknya Hasan Nasbi meminta maaf atas pernyataannya yang tak hanya meremehkan kinerja jurnalis, tapi juga tak sensitif HAM."

Andreas Pareira juga menekankan pentingnya bagi pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus teror terhadap Tempo. Ia berharap pemerintah dapat memberikan bukti nyata dalam melindungi setiap pekerja di Indonesia, khususnya para jurnalis.

"Tanpa respons yang tegas, masyarakat bisa semakin skeptis terhadap komitmen pemerintah dalam menegakkan hukum dan melindungi jurnalis," tegasnya.

"Respons dan ketegasan dari Negara juga penting. Karena jika aparat dan Pemerintah mengabaikannya, publik justru akan bertanya-tanya ada isu apa di balik teror kepada media ini," imbuhnya.

Pembelaan Hasan Nasbi

Menanggapi kritikan tersebut, Hasan Nasbi memberikan klarifikasi terkait pernyataannya. Ia menjelaskan bahwa ucapannya tersebut sebenarnya merupakan bentuk dukungan terhadap sikap wartawati Tempo, Francisca Christy Rosana (Cica), yang menanggapi teror tersebut dengan santai.

"Padahal kan saya mengutip dari X-nya Francisca, wartawati yang dikirimi kepala babi itu. Saya tuh sebenernya jarang sepakat sama Tempo lho, ya tapi saya setuju dengan cara Francisca merespons itu. Saya justru setuju dengan cara dia merespons kiriman kepala babi itu, itu kan cara yang sudah tua, cara-cara sudah lama, dan dengan dia merespons gitu buat saya respons yang bagus," jelas Hasan kepada wartawan, Sabtu (22/3).

Hasan Nasbi berpendapat bahwa tujuan dari tindakan teror tersebut adalah untuk menciptakan rasa takut. Namun, Francisca Christy Rosana justru meresponsnya dengan meremehkan balik, yang menunjukkan bahwa ia tidak merasa takut sama sekali.

"Makanya saya menyempurnakan caranya meresponsnya aja, karena memang yang teror itu, tujuan orang ngasih teror itu menciptakan ketakutan. Justru itu cara melecehkan peneror yang bagus itu dengan cara kaya gitu, cara Francisca itu menurut saya cara bagus untuk melecehkan si pengirim kepala babi itu, dan saya mendukung dia untuk melakukan itu, biar tujuan si peneror nggak sampai kan," ujarnya.

"Dan kalau saya ya karena saya tahu dari X-nya dia makan daging babi ya saya bilang kalau dikirim gitu cara melecehkan peneror yang lebih paripurna lagi ya dimasak," pungkas Hasan Nasbi.