Inovasi Ipda Edwin: Dari Sampah Plastik Jadi Bantal Ramah Lingkungan di Manipa

Polisi Inspiratif di Manipa Sulap Sampah Jadi Bantal, Tingkatkan Literasi Anak

Di tengah tantangan pengelolaan sampah dan keterbatasan akses pendidikan di Pulau Manipa, Maluku, seorang polisi hadir membawa angin segar. Ipda Edwin Ricardo Mangare, Kapolsek Manipa, Polres Seram Bagian Barat, Polda Maluku, menginisiasi program kreatif dan edukatif yang tidak hanya mengatasi masalah lingkungan tetapi juga meningkatkan minat baca anak-anak. Inovasi ini bahkan mengantarkan Ipda Edwin menjadi salah satu kandidat penerima Hoegeng Awards 2025.

Eco Pillow: Solusi Cerdas Atasi Sampah Plastik

Program unggulan Ipda Edwin adalah pembuatan eco pillow, bantal yang terbuat dari sampah plastik. Ide ini muncul setelah ia melakukan pemetaan masalah di Manipa dan menemukan tumpukan sampah plastik yang berserakan di mana-mana. Berkoordinasi dengan jaringan bank sampah, ia mencari solusi sederhana dan murah untuk mengolah sampah plastik menjadi barang yang bernilai.

"Saya cerita kira-kira kalau plastik bisa diolah jadi apa saja, katanya bisa jadi eco paving, kemudian bisa dibuat eco pillow yang bantal ramah lingkungan. Saya tertariknya yang sederhananya, bantal," ungkap Ipda Edwin.

Proses pembuatan eco pillow terbilang sederhana, melibatkan anak-anak dalam setiap tahapannya:

  • Pengumpulan Sampah: Anak-anak diajak memungut sampah plastik di lingkungan sekitar.
  • Pembersihan: Sampah plastik dicuci bersih dan dikeringkan di bawah sinar matahari.
  • Pemotongan: Plastik dipotong kecil-kecil.
  • Pengemasan: Potongan plastik dimasukkan ke dalam plastik bening hingga membentuk bantal.
  • Penyarungan: Bantal yang sudah jadi dibungkus dengan sarung bantal.

Ci Latumeirisa, seorang guru TK di Manipa, memberikan apresiasi terhadap program ini. Ia melihat eco pillow sebagai solusi efektif mengurangi sampah di Manipa. "Menurut saya ada baiknya juga, soalnya dengan program itu bisa mengurangi sampah-sampah ringan yang berserakan di lingkungan. Kemudian hasilnya juga dipergunakan untuk jadi bantal tidur," ujarnya.

Anak-anak Manipa pun antusias mengikuti program ini. Mereka dengan senang hati memungut sampah plastik di sela-sela waktu bermain mereka. Ipda Edwin juga melibatkan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) untuk menyebarluaskan program ini di tujuh desa di Manipa.

Walang Baca: Menumbuhkan Minat Baca di Tengah Keterbatasan

Selain mengatasi masalah sampah, Ipda Edwin juga peduli terhadap pendidikan anak-anak Manipa. Ia menggagas program Walang Baca, yaitu rumah baca yang didirikan di wilayah yang belum memiliki sekolah dan akses internet yang memadai. Walang dalam bahasa Ambon berarti rumah kebun.

"Kita membuat semacam rumah baca yang di dalamnya ada berbagai literasi kemudian bacaan untuk ilmu pengetahuan, sehingga anak-anak walaupun terhambat dengan jaringan internet yang masih belum memadai juga sekolah yang belum ada di wilayahnya, dengan adanya walang baca ini bisa membangkitkan semangat literasi bagi anak-anak," jelas Ipda Edwin.

Walang Baca pertama didirikan di Dusun Samala, Desa Luhutuban pada 12 Agustus lalu. Kegiatan belajar mengajar biasanya dilakukan di halaman rumah warga atau di pinggir pantai, menciptakan suasana santai dan menyenangkan. Program ini dikelola bersama oleh Bhabinkamtibmas dan Bintara Pembina Desa (Babinsa).

Harapan untuk Manipa yang Lebih Baik

Ipda Edwin berharap program eco pillow dan Walang Baca dapat menjadi budaya di Manipa, membentuk kebiasaan baik dalam mengelola sampah dan meningkatkan minat baca anak-anak. Ia juga berencana mengembangkan pengelolaan sampah botol plastik menjadi eco paving di masa depan.

"Harapan saya selama jadi Kapolsek di sini, mungkin saya tidak bisa meninggalkan hal lain, tapi saya bisa meninggalkan satu kebiasaan anak-anak bisa mengolah sampah dengan baik, sehingga suatu ketika saya tidak menjabat di sini lagi, semacam disiplin sudah dibentuk di sini, budaya mereka mengelola eco pillow," pungkasnya.

Inisiatif Ipda Edwin ini membuktikan bahwa dengan kreativitas dan kepedulian, masalah lingkungan dan pendidikan dapat diatasi secara bersamaan, menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Manipa. Program-program yang dijalankan Ipda Edwin adalah contoh nyata bagaimana seorang polisi tidak hanya menjaga keamanan dan ketertiban, tetapi juga menjadi agen perubahan positif di masyarakat.