Indonesia Berjuang Melawan Tuberkulosis: Peringkat Kedua Dunia dengan Beban Kasus Tinggi

Indonesia Berjuang Melawan Tuberkulosis: Peringkat Kedua Dunia dengan Beban Kasus Tinggi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengungkapkan gambaran suram mengenai situasi tuberkulosis (TBC) di tanah air. Indonesia masih bergulat dengan beban TBC yang sangat berat, menempatkannya sebagai negara dengan perkiraan kasus dan angka kematian tertinggi kedua di seluruh dunia. Situasi ini menjadi perhatian utama bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.

Dalam keterangan pers yang disampaikan secara daring pada peringatan Hari TB Sedunia, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, menekankan bahwa TBC masih menjadi masalah kesehatan global yang mendesak. Data global menunjukkan bahwa pada tahun 2023, diperkirakan 10,8 juta orang menderita TBC, dan tragisnya, 1 juta jiwa meninggal dunia akibat penyakit ini.

"Indonesia berada di peringkat kedua dengan jumlah kasus lebih dari satu juta, dan angka kematian diperkirakan mencapai 125 ribu. Ini berarti, setiap jam, sekitar 14 orang kehilangan nyawa akibat TBC," ujar dr. Ina dengan nada prihatin.

Peta Kasus TBC di Indonesia

Kemenkes mengidentifikasi tujuh provinsi di Indonesia yang memiliki angka TBC yang sangat tinggi. Provinsi-provinsi tersebut sebagian besar berada di Pulau Jawa (kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta), Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Di wilayah-wilayah ini, diperkirakan terdapat antara 40 ribu hingga 230 ribu kasus TBC.

Upaya Penemuan dan Pengobatan Kasus

Kabar baiknya, upaya penemuan dan pengobatan kasus TBC di Indonesia menunjukkan tren positif. Hingga awal Maret 2025, Kemenkes telah berhasil menemukan sekitar 81 persen dari perkiraan kasus, atau sekitar 889.133 kasus. Selain itu, tingkat keberhasilan pengobatan juga meningkat, mencapai 90 persen (802.228 kasus) pada tahun ini.

Tantangan dalam Penanggulangan TBC

Meskipun ada kemajuan, Kemenkes mengakui masih menghadapi sejumlah tantangan dalam menekan angka TBC di Indonesia. Beberapa tantangan utama meliputi:

  • Underreporting dan Delay Reporting: Kasus TBC seringkali tidak dilaporkan atau dilaporkan terlambat (1-6 bulan). Hal ini menghambat upaya pengendalian penyakit.
  • Keterlambatan Diagnosis: Keterlambatan diagnosis dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan atau keterbatasan akses terhadap alat diagnostik.
  • Investigasi Kontak yang Belum Optimal: Investigasi kontak, yang penting untuk menemukan dan mencegah penyebaran TBC, belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini membutuhkan peran aktif dari puskesmas dan kader kesehatan.

Berikut adalah daftar negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia:

  • India - 2.800.000 kasus dengan 315.000 kematian
  • Indonesia - 1.090.000 kasus dengan 125.000 kematian
  • China - 741.000 kasus dengan 25.000 kematian
  • Filipina - 739.000 kasus dengan 37.000 kematian
  • Pakistan - 686.000 kasus dengan 47.000 kematian
  • Nigeria - 499.000 kasus dengan 64.000 kematian
  • Bangladesh - 379.000 kasus dengan 44.000 kematian
  • Congo - 334.000 kasus dengan 38.000 kematian
  • Myanmar - 302.000 kasus dengan 44.000 kematian
  • Afrika Selatan - 270.000 kasus dengan 25.000 kematian

Langkah Strategis ke Depan

Untuk mengatasi tantangan ini, Kemenkes berencana untuk memperkuat sistem pelaporan, meningkatkan pelatihan tenaga kesehatan, memperluas akses terhadap layanan diagnostik, dan mengoptimalkan investigasi kontak. Keterlibatan aktif masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak juga sangat penting untuk mencapai target eliminasi TBC di Indonesia.

Dengan upaya yang lebih intensif dan terkoordinasi, diharapkan Indonesia dapat menurunkan beban TBC secara signifikan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.