Batu Berkaki: Karya Pamungkas Chandra Bientang, Novelis Urban Thriller yang Rendah Hati

Kabar duka menyelimuti dunia literasi Indonesia. Penulis novel urban thriller, Chandra Bientang, telah berpulang, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan para penggemarnya. Novel berjudul "Batu Berkaki", yang terbit pertengahan tahun lalu, menjadi karya terakhirnya yang diterbitkan.

Pada Desember 2024, Chandra Bientang sempat menyambangi kantor detikcom dan berbincang hangat dengan tim redaksi detikcom bookclub. Dalam perbincangan tersebut, ia berbagi cerita mengenai proses kreatif di balik "Batu Berkaki" dan rencana ke depannya.

Sebelum "Batu Berkaki", Chandra Bientang telah sukses melahirkan karya-karya populer seperti "Dua Dini Hari" dan "Sang Peramal". Kepergiannya yang mendadak tentu mengejutkan banyak pihak, termasuk CEO Noura Publishing, Suhindrati Shinta, yang merasa sangat kehilangan.

"Ketika bertemu di acara Bincang-Bincang Batu Berkaki di Kongsi 8 pada 16 Maret lalu, beliau sempat menyampaikan keinginannya untuk beristirahat sejenak. Beliau mengatakan bahwa 'Batu Berkaki' akan menjadi buku terakhirnya, setidaknya untuk tahun ini," ungkap Shinta pada Selasa (23/3/2025).

Siapa sangka, obrolan tersebut menjadi isyarat terakhir dari Chandra Bientang sebelum menghembuskan nafas terakhir. Shinta mengenang Chandra sebagai sosok penulis yang cerdas, tekun, dan rendah hati. Ia berharap inspirasi dari karya-karya Chandra akan terus abadi di hati para pembacanya.

Dalam wawancara dengan detikpop, Chandra Bientang pernah mengungkapkan inspirasi di balik judul unik "Batu Berkaki". Frasa tersebut terinspirasi dari sampul katalog pameran seni di Bentara Budaya Yogyakarta.

"Ada laporan pameran dari patung-patung batu semuanya. Dari situ, aku berpikir aneh ya kalau ada kakinya. Frasa 'batu berkaki' memang inspirasinya dari pameran patung," jelasnya saat berkunjung ke kantor detikcom pada Kamis (19/12/2024).

Chandra Bientang dikenal setia dengan gaya penulisan urban thriller yang khas. Ia mengakui bahwa tema pembunuhan lebih menarik baginya dibandingkan tema pencurian. Baginya, tema pembunuhan menawarkan lebih banyak ruang untuk aksi dan sesuai dengan mood yang diinginkannya. Ia menyukai misteri dengan genre thriller.

"Batu Berkaki" sendiri mengisahkan tentang peristiwa pembunuhan seorang pematung terkenal sekaligus orang terkaya di Desa Ledok Awu, Munarto, yang ditemukan tewas. Desa fiktif yang terletak di kaki Gunung Merbabu yang misterius itu menyimpan rahasia dan bahaya yang mengintai. Di balik peristiwa pembunuhan tersebut, tersimpan cerita mistis yang menambah daya tarik novel ini. Dengan detail dan ciamik, Chandra Bientang merangkai adegan demi adegan dalam "Batu Berkaki", menghadirkan pengalaman membaca yang mendebarkan bagi para pembacanya.

Kepergian Chandra Bientang merupakan kehilangan besar bagi dunia sastra Indonesia. Karya-karyanya akan terus dikenang dan menjadi inspirasi bagi para penulis muda. Semoga almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.