Terkuaknya Kekerasan Sistematis di Pusat Penitipan Anak Australia: Kisah Trauma dan Kegagalan Pengawasan

Skandal Penitipan Anak Australia: Pengkhianatan Kepercayaan dan Luka yang Membekas

Kisah pilu Jane, seorang ibu di Australia, mengungkap sisi gelap industri penitipan anak (childcare) yang selama ini tampak ideal. Laporan harian yang diterimanya tentang putranya yang bahagia bermain dan belajar ternyata hanyalah kepalsuan belaka. Di balik fasad ceria, tersembunyi mimpi buruk yang menghantui setiap orang tua: kekerasan sistematis, pengabaian, dan pengkhianatan kepercayaan.

Mimpi Buruk di Balik Laporan Harian

Putra Jane, yang seharusnya mendapatkan lingkungan yang aman dan suportif, justru menjadi korban kekejaman di salah satu cabang Jumpstart Education. Alih-alih stimulasi dan kasih sayang, ia mengalami penyiksaan fisik dan emosional yang mengerikan. Dokumen pengadilan mengungkap bagaimana putranya diikat di kursi bayi selama berjam-jam, dicekoki makanan dengan paksa, dicubit, ditarik, dan bahkan dilempar ke lantai. Staf penitipan anak, yang seharusnya menjadi pelindung, justru menjadi pelaku kekerasan yang brutal.

"Tempat itu penuh kengerian dan para pekerja di dalamnya adalah iblis bagi saya," ungkap Jane dengan pilu.

Kisah Jane hanyalah puncak gunung es. Penyelidikan program Four Corners ABC selama enam bulan terakhir mengungkap bahwa sektor 'childcare' di Australia dilanda krisis yang lebih dalam. Pencatutan, kegagalan sistemik, dan celah dalam regulasi menjadi lahan subur bagi terjadinya kekerasan dan pengabaian terhadap anak-anak.

Kekerasan yang Terstruktur dan Sistematis

Putra Jane bukan satu-satunya korban. Anak-anak lain di pusat penitipan tersebut juga mengalami perlakuan keji. Beberapa anak didudukkan di kursi tinggi selama berjam-jam hingga kelelahan, sementara yang lain mengalami kekerasan fisik seperti dibanting ke bangku atau mulutnya ditutup untuk membungkam tangisan mereka. Pemaksaan makan hingga muntah dan penyemprotan air ke mulut menjadi bagian dari teror yang mereka alami.

Antara April dan Oktober 2021, setidaknya tujuh anak menjadi sasaran tindakan kekerasan dan brutal di pusat penitipan tersebut. Anak-anak lainnya dibiarkan terpapar pada kondisi berbahaya akibat kelalaian dan pengabaian.

Kegagalan Sistem dan Pengkhianatan Kepercayaan

Ironisnya, Jane tidak mengetahui apa yang terjadi pada putranya selama tahun 2021. Pihak Jumpstart maupun Departemen Pendidikan Australia tidak memberikan informasi apapun kepadanya. Baru pada tahun 2023, ia menerima telepon dari jaksa agung yang mengungkap kebenaran pahit.

"Saya seharusnya tahu semuanya … Saya bisa berbuat lebih banyak untuk anak saya lebih awal," sesal Jane.

Kasus ini mengungkap kegagalan sistemik dalam pengawasan dan penegakan hukum di sektor 'childcare'. Standar nasional yang ada tidak diimplementasikan secara konsisten oleh regulator di tingkat negara bagian. Inspeksi yang jarang, sanksi yang ringan, dan pembiaran terhadap pelanggaran serius menunjukkan lemahnya komitmen untuk melindungi anak-anak.

Amara Jaroudi dan perusahaan Jumpstart mengaku bersalah atas tuduhan mendisiplinkan anak secara tidak wajar dan gagal memberikan layanan yang menjamin keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan anak. Namun, denda yang dijatuhkan dianggap sebagai "lelucon" oleh Jane, mengingat trauma mendalam yang dialami anak-anak korban kekerasan.

Dampak Jangka Panjang dan Tuntutan Perubahan

Putra Jane kini berusia tujuh tahun dan didiagnosis menderita autisme. Ia khawatir pengalamannya di tempat penitipan anak telah meninggalkan luka permanen yang memengaruhi perkembangan dan kepercayaannya terhadap orang lain.

"Itulah pengkhianatan. Pengkhianatan kepercayaan yang total dan mutlak," tegas Jane.

Jane menuntut perubahan mendasar dalam sektor 'childcare'. Ia menyerukan peraturan yang lebih ketat, pengawasan yang lebih intensif, dan sanksi yang lebih berat bagi pelaku kekerasan. Ia juga mempertanyakan bagaimana pemilik Jumpstart, yang gagal memenuhi standar kualitas minimum selama hampir 10 tahun, kini dapat menjalankan perusahaan layanan untuk warga disabilitas (NDIS).

Kisah Jane menjadi pengingat yang menyakitkan tentang pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan anak di sektor 'childcare'. Kegagalan untuk melindungi anak-anak yang rentan merupakan pengkhianatan terhadap kepercayaan orang tua dan merusak masa depan generasi penerus.

Daftar Temuan Utama:

  • Kekerasan sistematis dan pengabaian di pusat penitipan anak Jumpstart Education.
  • Kegagalan pengawasan dan penegakan hukum oleh regulator negara bagian.
  • Dampak trauma jangka panjang pada anak-anak korban kekerasan.
  • Tuntutan perubahan mendasar dalam sektor 'childcare' untuk meningkatkan perlindungan anak.