Pupuk Indonesia Investasikan Rp 116 Triliun untuk Modernisasi dan Ekspansi Pabrik Demi Ketahanan Pangan Nasional
Pupuk Indonesia Gelontorkan Investasi Jumbo untuk Modernisasi dan Ekspansi Pabrik
PT Pupuk Indonesia (Persero) mengumumkan alokasi dana sebesar Rp 116 triliun untuk program revitalisasi dan pembangunan pabrik pupuk baru di berbagai wilayah Indonesia. Langkah strategis ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi emisi, dan mendukung ketahanan pangan nasional di tengah pertumbuhan populasi dan peningkatan kebutuhan pupuk.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menjelaskan bahwa investasi ini sangat krusial mengingat usia sejumlah pabrik pupuk yang sudah tua. Revitalisasi akan memastikan operasional pabrik lebih efisien, mengurangi konsumsi gas, dan menurunkan emisi karbon. Selain itu, modernisasi pabrik diharapkan dapat menekan biaya produksi, termasuk biaya subsidi pupuk dari pemerintah.
"Rp 116 triliun itu adalah untuk merevitalisasi seluruh industri pupuk. Banyak pabrik yang sudah tua. Revitalisasi diperlukan agar lebih efisien, penggunaan gas lebih hemat, dan emisi berkurang. Efisiensi ini akan berdampak positif pada biaya subsidi," ujar Rahmad Pribadi di Kompleks Parlemen DPR, Jakarta.
Revitalisasi Pabrik yang Menua
Beberapa pabrik pupuk yang menjadi prioritas revitalisasi adalah:
- PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri): Beroperasi sejak 1959.
- PT Petrokimia Gresik: Beroperasi sejak 1972.
- PT Pupuk Kujang: Beroperasi sejak 1975.
- PT Pupuk Kalimantan Timur: Beroperasi sejak 1977.
- PT Pupuk Iskandar Muda: Beroperasi sejak 1982.
Rahmad Pribadi menekankan bahwa pabrik-pabrik ini telah berkontribusi besar dalam swasembada pangan Indonesia pada tahun 1984. Oleh karena itu, revitalisasi dan pembangunan pabrik baru merupakan langkah penting untuk memastikan ketahanan pangan di masa depan.
Pembangunan Pabrik Baru di Fakfak, Papua Barat
Selain revitalisasi, Pupuk Indonesia juga berencana membangun pabrik pupuk baru di Fakfak, Papua Barat. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi pupuk secara signifikan dalam lima tahun mendatang. Langkah ini sejalan dengan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperkirakan peningkatan produksi beras Indonesia hingga 7 juta ton pada tahun 2045.
"Jika tidak dibangun pabrik pupuk, sementara jumlah penduduk terus bertambah dan kebutuhan pangan meningkat, maka kebutuhan pupuk juga akan meningkat. Kita harus membangun pabrik baru untuk mendukung ketahanan pangan nasional," jelas Rahmad Pribadi.
Konstruksi pabrik pupuk di Fakfak dijadwalkan dimulai pada tahun 2026. Saat ini, Pupuk Indonesia sedang menyelesaikan proses perizinan dan persiapan teknis yang diperlukan.
"Prosesnya panjang, mulai dari proses teknis yang detail, penentuan lokasi, hingga perizinan. Namun, kami optimis konstruksi fisik akan dimulai tahun depan," pungkasnya.
Investasi besar ini menunjukkan komitmen Pupuk Indonesia dalam mendukung program ketahanan pangan nasional dan meningkatkan daya saing industri pupuk Indonesia di pasar global.