Sorotan Tajam Pengurus Danantara: Reaksi Pasar hingga Potensi Konflik Kepentingan
Pengurus Danantara Diumumkan: Pasar Bergejolak, Risiko Konflik Kepentingan Mengemuka
Pengumuman susunan pengurus Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada Senin, 24 Maret 2025, memicu beragam reaksi di pasar modal dan kalangan ekonom. Penunjukan ini tak hanya menimbulkan spekulasi tentang arah kebijakan investasi di masa depan, tetapi juga kekhawatiran serius mengenai potensi konflik kepentingan yang dapat mengganggu kinerja badan investasi tersebut.
Reaksi Pasar: IHSG Sempat Tertekan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menunjukkan respons negatif terhadap pengumuman tersebut. Pada hari Senin, IHSG terkoreksi hingga 4,57 persen, mencapai titik terendah di level 5.967,19 sebelum akhirnya ditutup pada level 6.242,23. Penurunan ini mencerminkan sentimen pasar yang kurang positif terhadap komposisi pengurus Danantara. Meskipun demikian, pada perdagangan Selasa pagi, IHSG menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan bergerak di zona hijau.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menanggapi penurunan IHSG dengan menyatakan bahwa fluktuasi pasar saham adalah hal yang wajar. Beliau juga menekankan bahwa fundamental setiap saham memiliki karakteristiknya masing-masing.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, berpendapat bahwa pengumuman pengurus Danantara kemungkinan menjadi salah satu faktor yang memicu aksi jual oleh investor. Namun, ia juga menambahkan bahwa IHSG telah menunjukkan tren pelemahan dalam beberapa waktu terakhir, dipicu oleh kekhawatiran investor asing terhadap ekonomi Indonesia dan capital outflow yang diduga mengalir ke negara lain seperti China. Dengan demikian, pengumuman Danantara dinilai sebagai sentimen tambahan yang memperburuk kondisi pasar.
Sorotan pada Potensi Konflik Kepentingan
Komposisi pengurus Danantara, terutama Dewan Penasihat yang diisi oleh tokoh-tokoh seperti Ray Dalio, Jeffrey Sachs, F. Chapman Taylor, dan Thaksin Shinawatra, menjadi sorotan utama terkait potensi konflik kepentingan. Ekonom Yanuar Rizky menilai bahwa latar belakang dan rekam jejak beberapa anggota pengurus berpotensi menimbulkan situasi di mana kepentingan pribadi atau perusahaan dapat bertentangan dengan kepentingan Danantara.
Berikut adalah beberapa poin yang disoroti oleh Yanuar Rizky:
- Ray Dalio dan F. Chapman Taylor: Sebagai tokoh yang berkecimpung di industri hedge fund dan manajemen aset, keduanya dianggap memiliki akses terhadap informasi internal mengenai kondisi keuangan BUMN. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan masing-masing.
- Thaksin Shinawatra: Mantan Perdana Menteri Thailand ini memiliki rekam jejak kontroversial terkait transaksi konflik kepentingan di negaranya. Kehadirannya di Dewan Penasihat Danantara dinilai dapat menimbulkan persepsi negatif di pasar.
- Bono Daru Adji: Pengalaman Bono sebagai penasihat merger Gojek Tokopedia dan IPO GoTo menimbulkan pertanyaan mengenai potensi konflik kepentingan dalam aksi korporasi yang melibatkan Telkomsel.
Namun, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, memiliki pandangan yang berbeda. Ia menilai bahwa sebagian besar tokoh yang ditunjuk sebagai pengurus Danantara adalah profesional yang kredibel. Meskipun Thaksin Shinawatra memiliki rekam jejak yang kurang baik, ia juga memiliki kelebihan seperti jaringan yang luas dan pengalaman yang mumpuni. Wijayanto menekankan pentingnya memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh para pengurus Danantara dan memastikan tidak ada politisasi dalam pengelolaan badan investasi tersebut.
Tantangan utama bagi Danantara adalah mengelola nama-nama besar di Dewan Penasihat agar dapat memberikan kontribusi maksimal dan menghindari penugasan-penugasan yang dapat membebani kinerja badan investasi tersebut.