Setelah Bebas dari Hukuman Mati yang Salah, Iwao Hakamada Terima Kompensasi Rekor dari Negara

Kompensasi Rekor untuk Mantan Terpidana Mati

Iwao Hakamada, seorang pria Jepang yang menghabiskan puluhan tahun di penjara dengan hukuman mati yang salah, akhirnya menerima kompensasi finansial yang signifikan dari negara. Keputusan ini menjadi babak baru dalam kasus yang telah menarik perhatian internasional dan menyoroti kelemahan dalam sistem peradilan Jepang.

Pada hari Senin, Pengadilan Distrik Shizuoka memerintahkan pemerintah untuk membayar Hakamada sebesar 217.362.500 Yen, atau sekitar 23,9 miliar Rupiah. Kompensasi ini merupakan ganti rugi atas penderitaan yang dialami Hakamada selama lebih dari empat dekade mendekam di penjara, menunggu eksekusi yang tidak pernah terjadi.

Kasus Pembunuhan dan Perjuangan Panjang untuk Keadilan

Kasus Hakamada bermula pada tahun 1966, ketika ia dituduh melakukan pembunuhan terhadap empat orang, termasuk atasannya, di sebuah perusahaan miso tempat ia bekerja. Setelah melalui serangkaian interogasi yang keras dan kontroversial, Hakamada mengaku melakukan kejahatan tersebut. Namun, ia kemudian mencabut pengakuannya dan bersikeras bahwa ia tidak bersalah.

Kendati demikian, Hakamada dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1968. Selama bertahun-tahun, ia mengajukan banding dan berusaha untuk membuktikan ketidakbersalahannya. Saudarinya, Hideko Hakamada, menjadi salah satu pendukung utama perjuangannya, tanpa lelah mengkampanyekan pembebasannya.

Pembebasan dan Pengakuan atas Ketidakadilan

Pada tahun 2014, Pengadilan Distrik Shizuoka memutuskan untuk membebaskan Hakamada dari penjara dan memerintahkan persidangan ulang. Pengadilan menemukan adanya keraguan yang signifikan terhadap bukti-bukti yang diajukan dalam persidangan aslinya, termasuk kemungkinan bahwa bukti tersebut telah direkayasa oleh polisi.

Pada September 2023, pengadilan yang sama secara resmi menyatakan Hakamada tidak bersalah atas pembunuhan tersebut. Keputusan ini mengakhiri perjuangan panjang Hakamada untuk membersihkan namanya dan mendapatkan kembali kebebasannya.

Dampak Psikologis dan Masa Depan Hakamada

Meski telah dibebaskan dan menerima kompensasi, dampak dari penahanan selama puluhan tahun sangatlah besar. Pengacaranya menggambarkan Hakamada sebagai sosok yang "hidup di dunia fantasi" akibat trauma yang dialaminya. Kesehatan mentalnya membutuhkan perawatan dan dukungan yang berkelanjutan.

Kompensasi yang diberikan kepada Hakamada diharapkan dapat membantu memulihkan sebagian dari kehidupannya. Namun, tidak ada jumlah uang yang dapat sepenuhnya menghapus penderitaan yang telah ia alami. Kasus Hakamada menjadi pengingat yang kuat akan pentingnya keadilan, kehati-hatian dalam proses peradilan, dan perlindungan terhadap hak-hak individu.

Implikasi Terhadap Sistem Peradilan Jepang

Kasus Hakamada telah memicu perdebatan tentang sistem peradilan Jepang, khususnya mengenai penggunaan pengakuan paksa dan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses hukum. Beberapa pihak menyerukan reformasi untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.

Kasus ini juga menyoroti pentingnya peran media dan masyarakat sipil dalam mengawasi jalannya peradilan dan memperjuangkan keadilan bagi mereka yang menjadi korban kesalahan sistem.

Daftar Poin Penting:

  • Iwao Hakamada: Mantan terpidana mati yang salah dihukum.
  • Kompensasi: 217.362.500 Yen (sekitar Rp 23,9 miliar) dari pemerintah Jepang.
  • Kasus Pembunuhan 1966: Tuduhan pembunuhan empat orang yang menjerat Hakamada.
  • Pengakuan Paksa: Isu krusial dalam kasus Hakamada.
  • Pembebasan 2014: Pembebasan Hakamada dan perintah persidangan ulang.
  • Deklarasi Tidak Bersalah 2023: Pembatalan vonis bersalah Hakamada.
  • Dampak Psikologis: Trauma dan gangguan mental akibat penahanan selama puluhan tahun.
  • Reformasi Peradilan: Seruan untuk perbaikan sistem peradilan Jepang.