Perundingan Intensif di Riyadh: AS dan Rusia Berupaya Redakan Ketegangan di Laut Hitam

Perundingan Intensif di Riyadh: AS dan Rusia Berupaya Redakan Ketegangan di Laut Hitam

Riyadh, Arab Saudi – Delegasi Amerika Serikat dan Rusia baru saja menyelesaikan perundingan maraton selama 12 jam di Riyadh, Arab Saudi, pada hari Senin (24/3/2025), dengan fokus utama meredakan ketegangan yang meningkat di Laut Hitam. Pertemuan tingkat tinggi ini, yang berlangsung di tengah upaya global untuk mengakhiri konflik di Ukraina, diharapkan dapat menghasilkan terobosan diplomatik yang signifikan.

Pernyataan resmi bersama dari kedua belah pihak dijadwalkan akan dirilis pada hari Selasa (25/3/2025), menurut laporan dari kantor berita pemerintah Rusia, TASS. Perundingan ini secara khusus membahas kemungkinan gencatan senjata parsial di Laut Hitam, sebuah wilayah strategis yang telah menjadi titik api dalam konflik Rusia-Ukraina.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk mengakhiri perang di Ukraina secepat mungkin. Gedung Putih berharap bahwa perundingan di Riyadh ini akan membuka jalan bagi solusi yang langgeng. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menekankan bahwa inisiatif perundingan ini datang dari Presiden Trump dan disetujui oleh Presiden Putin. Peskov menambahkan bahwa revitalisasi Prakarsa Laut Hitam, yang memungkinkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina, merupakan agenda utama dalam perundingan ini.

Prakarsa Laut Hitam Menjadi Prioritas

Prakarsa Laut Hitam sangat penting bagi ketahanan pangan global, dan kelanjutan operasinya terancam oleh konflik yang sedang berlangsung. Upaya untuk menghidupkan kembali inisiatif ini sedang diupayakan secara serius oleh para pihak yang terlibat.

Ukraina juga berharap agar pertemuan dengan delegasi AS, yang berlangsung pada hari yang sama, dapat memberikan momentum positif bagi proses perdamaian. Namun, harapan untuk de-eskalasi dibayangi oleh serangan rudal yang menghantam wilayah timur laut Ukraina.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, melaporkan bahwa serangan rudal di Sumy menyebabkan luka-luka pada sedikitnya 90 orang, termasuk 17 anak-anak. Kantor kejaksaan daerah mengutuk serangan itu, dengan menyatakan bahwa serangan itu menargetkan daerah permukiman padat penduduk, merusak apartemen dan fasilitas pendidikan. Penjabat Wali Kota Sumy juga melaporkan bahwa sebuah rumah sakit terkena dampak serangan tersebut.

Pendekatan Terpisah untuk Diplomasi Lebih Efektif

Dalam perkembangan sebelumnya, Ukraina telah menyetujui usulan gencatan senjata selama 30 hari yang diajukan oleh AS dalam perundingan di Jeddah. Namun, usulan tersebut ditolak oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. Perundingan di Riyadh kali ini mengambil pendekatan yang berbeda, dengan perundingan terpisah antara AS-Ukraina dan AS-Rusia, berbeda dengan rencana awal untuk perundingan bersama. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan efektivitas diplomasi, dengan mempertimbangkan perspektif dan kebutuhan unik dari masing-masing pihak.

Utusan khusus Presiden Trump, Steve Witkoff, menyampaikan optimisme tentang potensi kemajuan dari perundingan tersebut. Dia mengisyaratkan bahwa akan ada perkembangan nyata terkait gencatan senjata Laut Hitam, khususnya yang berkaitan dengan kapal-kapal dari kedua negara.

Perundingan di Riyadh ini menandai upaya signifikan untuk meredakan ketegangan dan membuka jalan bagi solusi damai di Ukraina. Hasil dari perundingan ini akan dipantau secara ketat oleh komunitas internasional, yang berharap bahwa perundingan ini akan membawa perdamaian dan stabilitas yang lebih besar ke wilayah tersebut.

  • Gencatan Senjata di Laut Hitam: Fokus utama perundingan adalah mencapai kesepakatan gencatan senjata di Laut Hitam untuk meredakan ketegangan maritim antara Rusia dan Ukraina.
  • Prakarsa Laut Hitam: Revitalisasi prakarsa ini untuk memastikan kelancaran ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina juga menjadi agenda penting, mengingat dampaknya terhadap ketahanan pangan global.
  • Pendekatan Diplomasi Terpisah: Perundingan dilakukan secara terpisah antara AS-Ukraina dan AS-Rusia untuk memaksimalkan efektivitas diplomasi dan mempertimbangkan perspektif masing-masing pihak.