Mudik Gratis Sumenep: Lima Kilogram Buah Naga, Simbol Rindu Keluarga di Sapeken

Mudik Gratis Sumenep: Lima Kilogram Buah Naga, Simbol Rindu Keluarga di Sapeken

Rintik hujan menemani ratusan pemudik yang memadati Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi. Di antara mereka, terlihat seorang pria bernama Aziz, membawa serta lima kilogram buah naga sebagai buah tangan untuk keluarganya di Desa Paliat, Kecamatan Sapeken, Sumenep, Madura.

Aziz, bersama 17 rekannya, mengikuti program mudik gratis yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep. Perjalanan dari Gianyar, Bali, menuju kampung halaman bukanlah perkara mudah. Setelah dua malam menginap di ruang tunggu pelabuhan, mereka akhirnya bisa menaiki kapal perintis Sabuk Nusantara 91 yang akan membawa mereka melewati rute panjang: Sapeken, Pagerungan Besar, Kangean, Saputih, dan Kalianget.

"Dapat informasi (mudik gratis) dari internet," ujar Aziz, bapak satu anak ini. Ia dan istrinya rela menginap di pelabuhan demi memastikan tidak ketinggalan kapal. Perjalanan laut selama 12 jam menuju Sapeken pun masih harus dilanjutkan dengan menaiki perahu kecil dengan biaya Rp 10.000 untuk sampai ke desanya.

Oleh-oleh Istimewa: Buah Naga

Selain pakaian dan kebutuhan selama di kampung halaman, Aziz membawa oleh-oleh istimewa: lima kilogram buah naga. Buah berwarna merah muda ini menjadi simbol cinta dan kerinduan Aziz kepada keluarganya.

"Saya bawa buah naga lima kilogram untuk keluarga," katanya dengan senyum.

Alasan pemilihan buah naga ini cukup unik. Menurut Aziz, buah ini tidak mudah tumbuh di Sapeken, sementara orang tuanya sangat menyukainya. Ia sengaja membeli buah naga di Banyuwangi untuk membahagiakan hati orang tuanya.

"Di sana tidak ada yang jual, kalau di sini tadi saya beli 3 kilogramnya Rp 20.000," jelasnya.

Ini adalah kali pertama Aziz mengikuti program mudik gratis setelah tujuh bulan merantau di Bali. Ia berencana kembali ke Bali setelah Lebaran usai. Waktu yang singkat ini akan dimanfaatkannya sebaik mungkin untukQuality timebersama keluarga, mengisi kembali kerinduan yang selama ini terpendam.

"Kembali lagi setelah Lebaran. Sementara hening dulu sebelum ketemu keramaian Bali lagi," pungkasnya.

Kisah Aziz ini adalah cerminan dari banyak pemudik lainnya. Jauh dari keluarga demi mencari nafkah, mereka rela menempuh perjalanan panjang dan melelahkan demi merayakan Lebaran bersama orang-orang tercinta. Buah tangan sederhana seperti lima kilogram buah naga pun menjadi simbol cinta dan kerinduan yang tak ternilai harganya.