Filantropi Islam dan Semangat Berbagi Universal: Meneladani Thanksgiving

Filantropi Islam dan Semangat Berbagi Universal: Meneladani Thanksgiving

Sebuah survei menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kedermawanan sosial tertinggi. Masyarakat Indonesia dikenal gemar menyumbang dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Fakta ini tentu membanggakan, namun memunculkan pertanyaan reflektif: seberapa dalam pemahaman kita tentang esensi berbagi yang sesungguhnya?

Keyakinan beragama, khususnya Islam, menanamkan nilai-nilai berbagi dan kepedulian terhadap sesama. Dalam khazanah Islam, terdapat berbagai instrumen filantropi yang dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan bantuan kepada mereka yang berhak. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal, dalam sebuah ceramah menjelaskan, "Ada pundi zakat, waqaf, infaq, sedekah, jariyah, luqatah, hibah, wasiat, musyarakah, mudarabah, dam, fa'i, dan masih banyak lagi, dengan total keseluruhan 27."

Idealnya, jika seluruh umat Islam disiplin dalam mengoptimalkan instrumen-instrumen ini, kemiskinan dapat diatasi. Namun, jika kita hanya terpaku pada zakat, yang merupakan kewajiban minimal, maka kita belum sepenuhnya menghayati semangat berbagi yang diajarkan Islam. Zakat hanya sebesar 2,5% dari harta yang memenuhi syarat, sementara potensi sedekah, infak, dan wakaf jauh lebih besar.

Analogi menarik diberikan oleh Prof. Nasaruddin, "Bayangkan, zakat itu hanya 2,5%, sedangkan deposito kita bisa mencapai 6%. Itu pun zakat hanya diberikan kepada delapan asnaf, lebih dari itu tidak bisa. Oleh karena itu, berbagi tidak cukup hanya dengan zakat, tetapi juga melalui sedekah yang memiliki cakupan lebih luas." Pada masa Rasulullah SAW, sedekah lebih populer daripada zakat karena manfaatnya yang lebih luas dan fleksibel.

Ibadah Idul Adha mengajarkan kita untuk berbagi daging kurban, sementara Idul Fitri mewajibkan zakat fitrah. Keduanya memiliki hikmah besar dalam membersihkan harta dan jiwa. Semangat berbagi ini tercermin dalam berbagai tradisi di seluruh dunia, salah satunya adalah Thanksgiving.

Thanksgiving, yang dirayakan di beberapa negara Barat, mengajak masyarakat untuk mendonasikan barang-barang yang tidak terpakai ke tempat-tempat umum, seperti gereja, untuk kemudian dijual dengan harga terjangkau. Inisiatif ini memberikan kesempatan bagi mereka yang membutuhkan untuk memperoleh barang-barang esensial dengan harga murah. Selain itu, Thanksgiving juga mempererat tali silaturahmi dan menumbuhkan rasa kepedulian sosial.

Manfaat utama dari Thanksgiving, atau berbagi secara umum, adalah mempererat hubungan antar sesama. Berbagi juga memupuk rasa empati dan kebersamaan dalam masyarakat. Semangat berbagi ini harus terus dipelihara dan ditingkatkan.

Prof. Nasaruddin Umar menutup ceramahnya dengan harapan, "Mudah-mudahan Ramadan kali ini dapat memicu kita menjadi muzakki atau waqif." Ramadan adalah momentum yang tepat untuk meningkatkan amal kebaikan, baik melalui sedekah maupun zakat.

Pesan Kunci:

  • Islam memiliki berbagai instrumen filantropi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagi.
  • Zakat adalah kewajiban minimal, sementara sedekah memiliki cakupan yang lebih luas.
  • Semangat berbagi tercermin dalam berbagai tradisi di seluruh dunia, seperti Thanksgiving.
  • Berbagi mempererat hubungan antar sesama dan menumbuhkan rasa kepedulian sosial.
  • Ramadan adalah momentum yang tepat untuk meningkatkan amal kebaikan.