Antrean Panjang dan Biaya Admin Tinggi Warnai Perburuan Uang Baru Jelang Lebaran di Medan
Jelang Hari Raya Idul Fitri, tradisi berbagi rezeki melalui pemberian uang tunjangan hari raya (THR) dengan pecahan baru menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan. Namun, di Medan, Sumatera Utara, mendapatkan uang kertas baru ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Keterbatasan akses penukaran melalui jalur resmi Bank Indonesia (BI) memaksa sebagian warga untuk mencari alternatif lain, meski harus merogoh kocek lebih dalam.
Beberapa warga Medan mengungkapkan kekecewaan mereka atas sulitnya mengakses layanan penukaran uang baru yang disediakan BI. Rahyuni, seorang warga, mengaku telah berupaya mengikuti mekanisme pemesanan online melalui aplikasi yang disediakan BI, namun selalu gagal. "Udah ikut war pemesanan dari website BI enggak dapat juga. Yang terakhir udah sempat satu langkah lagi tapi malah gagal," ujarnya, menggambarkan betapa ketatnya persaingan untuk mendapatkan kuota penukaran.
Kondisi ini mendorong sebagian warga untuk mencari jalan pintas, meskipun harus membayar biaya administrasi yang cukup tinggi. Ghea, warga lainnya, memilih untuk menukarkan uang melalui platform media sosial. Dia rela membayar biaya tambahan agar mendapatkan pecahan uang yang diinginkan. "Saya pertama cari di facebook, ada dapat campuran uang layak edar sama uang baru itu Rp 450 ribu, biaya adminnya Rp 45 ribu terus ongkir dari Martubung ke rumah itu Rp 10 ribu," ungkapnya.
Bahkan, Ghea juga menukarkan uang baru melalui rekannya, dengan biaya administrasi Rp 10 ribu untuk setiap penukaran Rp 100 ribu. "Tukar lagi dapat uang baru sama teman, biayanya Rp 10 ribu untuk Rp 100 ribu. Ya enggak apa lah ada admin daripada enggak dapat pecahan barunya, tukar di BI enggak bisa," keluhnya, mencerminkan pilihan sulit yang harus diambil demi memenuhi tradisi Lebaran.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa praktik penukaran uang di pinggir jalan, khususnya di sekitar Lapangan Merdeka Medan, juga marak terjadi. Namun, biaya administrasi yang dikenakan pedagang uang pecahan bisa mencapai 25% dari nilai nominal yang ditukarkan. Irda (bukan nama sebenarnya), seorang pedagang uang pecahan, mengungkapkan bahwa tingginya biaya administrasi tahun ini disebabkan oleh sulitnya mendapatkan pasokan uang baru, sementara permintaan dari masyarakat sangat tinggi.
"Susah dapat uangnya, ini aja kami beli uangnya dari tangan ke tangan. Kita jual pecahan Rp 5.000 itu tahun lalu adminnya Rp 50 ribu, ini naik karena susah itu. Makin mahal lah nanti kalau mau dekat lebaran," jelas Irda, mengindikasikan bahwa harga uang baru akan terus melonjak menjelang Lebaran.
Fenomena ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kebutuhan masyarakat akan uang baru untuk Lebaran dan ketersediaan serta aksesibilitas layanan penukaran yang disediakan oleh BI. Situasi ini membuka peluang bagi pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan dengan mengenakan biaya administrasi yang tinggi. Pemerintah dan BI diharapkan dapat mencari solusi untuk mengatasi masalah ini, sehingga masyarakat dapat memperoleh uang baru dengan biaya yang lebih terjangkau dan tanpa harus melalui praktik-praktik yang merugikan.
Berikut adalah rangkuman biaya administrasi yang dikenakan dalam penukaran uang baru di Medan:
- Penukaran melalui Facebook: Biaya admin sekitar 10% dari nilai nominal.
- Penukaran melalui Teman: Biaya admin Rp 10 ribu untuk setiap Rp 100 ribu yang ditukarkan (10%).
- Penukaran di Pinggir Jalan (Lapangan Merdeka Medan): Biaya admin mencapai 25% dari nilai nominal.
Data tersebut menggambarkan variasi biaya yang signifikan, di mana penukaran di pinggir jalan menjadi opsi yang paling mahal. Masyarakat perlu lebih berhati-hati dan mempertimbangkan berbagai alternatif sebelum memutuskan untuk menukarkan uang, agar tidak terbebani biaya yang berlebihan.