Istana Negara Ungkap Faktor Dominan di Balik Turbulensi IHSG
Istana Negara Ungkap Faktor Dominan di Balik Turbulensi IHSG
Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan menjadi perhatian utama setelah mengalami fluktuasi signifikan, termasuk penurunan tajam yang sempat memicu penghentian sementara perdagangan. Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) memberikan penjelasan resmi mengenai dinamika pasar saham ini.
Juru Bicara PCO, Dedek 'Uki' Prayudi, menepis anggapan bahwa penurunan IHSG disebabkan oleh hilangnya kepercayaan investor asing terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Ia mengakui adanya arus modal keluar yang substansial, namun menekankan bahwa fenomena ini merupakan bagian dari tren pasar global, bukan akibat sentimen negatif terhadap pemerintah Indonesia.
"Faktanya, investor secara global mengurangi kepemilikan saham untuk mengamankan aset di tengah ketidakpastian ekonomi global, terutama beralih ke aset safe haven seperti emas," ujar Uki melalui unggahan di akun Instagram @pco.ri.
Pelemahan Global dan Daya Tarik Aset Aman
Uki menjelaskan bahwa tren pasar saat ini menyebabkan instrumen saham kurang diminati. Ia mencontohkan penurunan indeks saham utama di Wall Street selama sebulan terakhir. "Penurunan tidak hanya terjadi di IHSG. Indeks S&P 500, misalnya, turun hingga 10% dalam sebulan, sementara harga emas melonjak naik," jelasnya.
Kepercayaan Pasar pada Surat Utang Negara
Lebih lanjut, Uki menegaskan bahwa iklim investasi di Indonesia tetap dipercaya oleh pasar. Ia menunjuk pada tingginya minat investor terhadap Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan pemerintah. Permintaan SUN sangat tinggi, berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 28 triliun, dengan 23% di antaranya berasal dari institusi asing.
"Pemerintah juga menerbitkan SUN di dalam negeri, dan berhasil mengumpulkan dana hingga Rp 28 triliun. Ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap pemerintah, selain adanya pengalihan modal dari IHSG ke SUN," tegas Uki.
Fundamental Ekonomi yang Solid
Uki meyakinkan publik bahwa iklim investasi di Indonesia tetap terjaga dengan baik. Ia menunjuk pada indikator ekonomi positif, seperti defisit yang terkendali di angka 2,5% dari PDB, peningkatan penerimaan pajak bruto sebesar 6,6%, dan tingginya minat terhadap Surat Berharga Negara.
"Masyarakat tidak perlu khawatir. Iklim investasi tetap terjaga dengan baik, dan pemerintah bekerja keras untuk mempertahankannya," pungkas Uki.
Pernyataan Istana Negara ini bertujuan untuk meredakan kekhawatiran pasar dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja IHSG. Pemerintah berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas ekonomi dan iklim investasi yang kondusif di Indonesia.
Daftar Indikator Ekonomi yang Solid
- Defisit terkendali di angka 2,5% dari PDB.
- Peningkatan penerimaan pajak bruto sebesar 6,6%.
- Tingginya minat terhadap Surat Berharga Negara.