Malam ke-27 Ramadan: Benarkah Momentum Lailatul Qadar Tiba?

Malam ke-27 Ramadan: Benarkah Momentum Lailatul Qadar Tiba?

Bulan Ramadan, bulan penuh berkah, selalu diwarnai dengan perburuan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Meski kepastian waktunya dirahasiakan Allah SWT, berbagai riwayat dan pendapat ulama mengarahkan perhatian pada sepuluh malam terakhir Ramadan, khususnya malam ke-27. Apakah malam ini, malam ke-27 Ramadan, menjadi puncak keberkahan dan ampunan?

Dalil dan Pendapat Ulama

Keyakinan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 Ramadan bukan tanpa dasar. Hadits dari Ubay bin Ka'ab RA menjadi salah satu sandaran utama. Dalam riwayat tersebut, Ubay bin Ka'ab bersumpah bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27 Ramadan, berdasar pada tanda yang diberitahukan Rasulullah SAW, yaitu matahari terbit tanpa memancarkan sinar.

Riwayat lain dari Ibnu Umar RA juga menguatkan pendapat ini. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang berupaya untuk mendapati Lailatul Qadar, hendaklah ia berupaya untuk mendapatinya pada malam ke-27." (HR Ahmad)

Ar-Rafi'i dan Ibnu Abbas turut menyuarakan pendapat serupa. Ar-Rafi'i mengaitkannya dengan jumlah huruf pada kalimat 'layla al-Qadar' yang berjumlah sembilan, dan Allah SWT menyebutnya tiga kali, sehingga menghasilkan angka 27 (3 x 9 = 27). Sementara Ibnu Abbas mendasarkan pada angka tujuh yang menjadi dasar penciptaan langit, bumi, hari, dan unsur manusia.

Berikut hadist yang menjadi dasar pendapat tersebut:

  • Hadits Ubay bin Ka'ab: Diriwayatkan oleh Muslim, Ubay bin Ka'ab bersumpah bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27 Ramadan berdasarkan tanda yang diberitahukan Rasulullah SAW, yaitu matahari terbit tanpa memancarkan sinar.
  • Hadits Ibnu Umar: Diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang berupaya untuk mendapati Lailatul Qadar, hendaklah ia berupaya untuk mendapatinya pada malam ke-27."

Menggapai Keberkahan Sepuluh Malam Terakhir

Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai waktu pasti Lailatul Qadar, Rasulullah SAW memberikan teladan yang jelas dalam menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadan. Aisyah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menghidupkan malam dengan ibadah, membangunkan keluarga, bersungguh-sungguh, dan mengencangkan sarungnya. Hal ini menunjukkan keseriusan beliau dalam mencari Lailatul Qadar.

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang pada malam Lailatul Qadar itu bangun dengan penuh keimanan dan ketakwaan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari dan Muslim)

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemuliaan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qadr ayat 3: "Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan."

Amalan yang Dianjurkan

Beberapa amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada malam-malam terakhir Ramadan, khususnya malam ke-27, antara lain:

  • Shalat Malam: Perbanyak shalat malam, seperti shalat Tarawih, Tahajud, dan Witir.
  • Membaca Al-Qur'an: Tadarus Al-Qur'an dan merenungi maknanya.
  • Berdoa: Panjatkan doa dengan sungguh-sungguh, memohon ampunan dan keberkahan.
  • Berzikir: Perbanyak zikir dan mengingat Allah SWT.
  • Bersedekah: Sisihkan sebagian rezeki untuk bersedekah kepada yang membutuhkan.
  • I'tikaf: Berdiam diri di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kesimpulan

Meskipun terdapat pendapat yang kuat mengenai malam ke-27 Ramadan sebagai malam Lailatul Qadar, penting untuk diingat bahwa kepastiannya tetap menjadi rahasia Allah SWT. Oleh karena itu, sebaiknya kita menghidupkan seluruh sepuluh malam terakhir Ramadan dengan penuh ibadah dan keikhlasan, berharap dapat meraih keberkahan Lailatul Qadar dan ampunan dari Allah SWT. Wallahu a'lam bishawab.