Kontroversi Tren 'Breast Milk Botox' di TikTok: Efektifkah ASI Beku untuk Peremajaan Kulit?
Kontroversi Tren 'Breast Milk Botox' di TikTok: Efektifkah ASI Beku untuk Peremajaan Kulit?
Media sosial TikTok kembali diramaikan dengan tren kecantikan yang kontroversial. Kali ini, sorotan tertuju pada praktik penggunaan Air Susu Ibu (ASI) beku sebagai alternatif alami untuk perawatan anti-aging, yang populer disebut sebagai 'Breast Milk Botox'. Klaim yang beredar menyebutkan bahwa mengoleskan atau mengompres wajah dengan ASI beku dapat memberikan efek pengencangan kulit dan tampilan awet muda.
Fenomena ini memicu perdebatan sengit di kalangan pengguna media sosial dan para ahli kesehatan. Sejumlah influencer dan pengguna TikTok membagikan pengalaman mereka menggunakan ASI beku sebagai masker wajah, mengklaim merasakan manfaat berupa kulit yang lebih halus dan kencang. Salah satunya adalah Regan Todderud, seorang ibu baru yang turut mencoba tren ini dan membagikan pengalamannya melalui video TikTok. Unggahan Todderud, yang menunjukkan dirinya mengompres wajah dengan ASI beku, mendapatkan banyak perhatian dan komentar dari warganet.
Bantahan dari Ahli Dermatologi
Namun, klaim mengenai efektivitas ASI sebagai 'Botox alami' dibantah keras oleh para ahli dermatologi. Dr. Rita Linkner, seorang dermatolog bersertifikat dari Park Avenue, menegaskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Menurutnya, ASI tidak memiliki kandungan yang dapat menggantikan fungsi neuromodulator seperti Botox, yang bekerja dengan menghambat sinyal saraf yang menyebabkan kontraksi otot.
"Botox bekerja pada tingkat neuromuskular untuk mencegah sinyal yang membuat otot berkontraksi. ASI dan komponen di dalamnya tidak bisa melakukan hal ini," tegas Dr. Linkner seperti dikutip dari New York Post. Ia menjelaskan bahwa ASI memang memiliki banyak manfaat kesehatan, terutama bagi bayi, seperti mengurangi risiko obesitas, mencegah infeksi, dan menurunkan risiko diabetes serta kanker pada anak. Namun, manfaat tersebut tidak serta merta dapat diterapkan pada perawatan anti-aging.
Potensi Risiko Penggunaan ASI untuk Perawatan Kulit
Selain tidak terbukti efektif, penggunaan ASI untuk perawatan kulit juga berpotensi menimbulkan risiko kesehatan. Dr. Linkner memperingatkan bahwa penyakit menular dapat ditularkan melalui ASI. Oleh karena itu, ia sangat tidak menyarankan penggunaan ASI yang diperoleh dari sumber yang tidak terpercaya, seperti membeli dari orang lain, demi tujuan perawatan anti-aging.
Daftar Risiko Penggunaan ASI yang Tidak Terpercaya:
- Penularan Penyakit Menular: ASI dapat menjadi media penularan berbagai penyakit menular, seperti HIV, hepatitis B, dan sifilis.
- Reaksi Alergi: Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap kandungan tertentu dalam ASI.
- Infeksi Bakteri: ASI yang tidak disimpan dengan benar dapat terkontaminasi bakteri dan menyebabkan infeksi kulit.
Alternatif Perawatan Kulit yang Terbukti Efektif
Mengingat risiko dan kurangnya bukti ilmiah mengenai efektivitas ASI sebagai perawatan anti-aging, para ahli merekomendasikan untuk tetap berpegang pada metode perawatan kulit yang telah teruji secara klinis. Beberapa alternatif perawatan kulit yang terbukti efektif antara lain:
- Penggunaan produk skincare yang mengandung bahan aktif seperti retinol, vitamin C, dan asam hialuronat.
- Melakukan perawatan di klinik kecantikan, seperti laser resurfacing, chemical peeling, dan microneedling.
- Menjalani gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup.
Tren 'Breast Milk Botox' di TikTok menjadi pengingat bagi kita untuk selalu bersikap kritis terhadap informasi yang beredar di media sosial. Sebelum mencoba suatu tren kecantikan, pastikan untuk mencari informasi yang akurat dan berkonsultasi dengan ahli yang kompeten. Jangan mudah tergiur dengan klaim yang belum terbukti secara ilmiah, dan selalu prioritaskan kesehatan dan keselamatan diri sendiri.