Investasi Manufaktur Indonesia Bergeliat: 198 Pabrik Baru Siap Beroperasi, Serap 24 Ribu Tenaga Kerja

Gelombang Investasi di Sektor Manufaktur Indonesia Terus Berlanjut

Sektor manufaktur Indonesia menunjukkan daya tarik yang kuat bagi investor di awal tahun 2025. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengonfirmasi bahwa sebanyak 198 perusahaan saat ini tengah dalam proses pembangunan fasilitas produksi di berbagai wilayah Indonesia. Investasi ini diproyeksikan akan membuka lapangan kerja baru bagi lebih dari 24 ribu tenaga kerja, menandakan optimisme dan pertumbuhan di sektor ini.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, mengungkapkan bahwa data ini diperoleh dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas). "Berdasarkan laporan yang masuk ke SIINAS, selama periode Januari-Februari 2025, ada 198 perusahaan industri yang melaporkan bahwa mereka sedang membangun fasilitas produksi. Rencana penyerapan tenaga kerja mencapai 24.568 orang. Ini adalah indikasi jelas bahwa sektor manufaktur Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menarik," ujarnya.

Optimisme di Tengah Tantangan Ekonomi Global

Lebih lanjut, Febri menambahkan bahwa para pelaku industri dalam negeri menunjukkan tingkat optimisme yang tinggi terhadap iklim usaha di Indonesia, meskipun ada tantangan kontraksi ekonomi global. Mereka meyakini bahwa aktivitas manufaktur akan terus meningkat jika didukung oleh kebijakan yang pro-industri dan memberikan perlindungan bagi industri dalam negeri.

Besarnya potensi permintaan pasar domestik menjadi salah satu faktor pendorong optimisme ini. Namun, tekanan akibat dinamika perang tarif global juga mulai dirasakan oleh beberapa industri, terutama yang berorientasi ekspor ke negara-negara yang terlibat dalam perang dagang.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Maret 2025 mencerminkan optimisme ini, meskipun mengalami sedikit perlambatan. IKI berada di level ekspansi, yaitu 52,98, namun turun 0,17 poin dibandingkan Februari 2025 dan 0,07 poin dibandingkan Maret tahun lalu. Perlambatan ini sebagian disebabkan oleh faktor musiman, yaitu libur Lebaran, yang biasanya menyebabkan penurunan produksi.

  • Faktor Pendorong Perlambatan IKI Maret 2025:
    • Libur Lebaran
    • Penurunan Penjualan Produk Makanan dan Minuman
    • Penurunan Penjualan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Sektor Unggulan dan Tantangan yang Dihadapi

Ekspansi IKI pada bulan Maret didukung oleh kinerja positif dari 21 subsektor industri, yang berkontribusi sebesar 96,5% terhadap PDB industri pengolahan non-migas pada triwulan IV tahun 2024. Namun, terdapat dua subsektor yang mengalami kontraksi.

  • Subsektor dengan IKI Tertinggi (Ekspansi):
    • Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman (KBLI 18)
    • Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional (KBLI 21)
  • Subsektor yang Mengalami Kontraksi:
    • Industri Furnitur (KBLI 31)
    • Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik (KBLI 22)

Secara keseluruhan, IKI bulan Maret dipengaruhi oleh ekspansi variabel-variabel pembentuknya, yaitu pesanan baru, produksi, dan persediaan. Meskipun variabel pesanan baru mengalami perlambatan, variabel produksi dan persediaan justru menunjukkan peningkatan.

Penurunan permintaan dari luar negeri akibat ketidakpastian global turut mempengaruhi perlambatan IKI pesanan baru, terutama pesanan dari luar negeri. Namun, peningkatan level ekspansi produksi dan persediaan menunjukkan bahwa penyerapan produk industri manufaktur di dalam negeri cukup tinggi pada bulan Maret 2025.

Febri menjelaskan bahwa momentum Ramadan dan persiapan Hari Raya Idul Fitri menjadi salah satu pemicu peningkatan kinerja industri manufaktur karena meningkatkan permintaan domestik terhadap produk manufaktur. Namun, ia juga menekankan bahwa daya angkat ini berkurang karena tekanan banjir produk impor murah.