Kurikulum Abad 21: Sekolah di AS Hidupkan Kembali Keterampilan Bengkel di Era Kecerdasan Buatan
Kebangkitan Keterampilan Manual di Tengah Dominasi AI: Kurikulum Sekolah AS Beradaptasi
Kekhawatiran akan peran Artificial Intelligence (AI) yang kian merajalela dalam dunia kerja, terutama bagi lulusan baru, mendorong sistem pendidikan di Amerika Serikat untuk berbenah. Sebuah tren menarik muncul: kebangkitan kembali kelas-kelas keterampilan bengkel dengan sentuhan teknologi modern.
Laporan dari Wall Street Journal menyoroti bagaimana sekolah-sekolah di AS mulai mengintegrasikan keterampilan tradisional seperti pertukangan kayu dan pengelasan dengan teknologi canggih. Kurikulum baru ini dirancang untuk membekali siswa dengan kemampuan yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini, mempersiapkan mereka untuk pekerjaan yang tidak mudah digantikan oleh otomatisasi.
Salah satu contohnya adalah SMA Middleton di Wisconsin, yang menginvestasikan $90 juta (sekitar Rp 1,4 triliun) untuk membangun laboratorium manufaktur berteknologi tinggi. Laboratorium ini dilengkapi dengan peralatan mutakhir, termasuk lengan robot yang dikendalikan komputer untuk proses manufaktur. Hal ini memicu minat yang signifikan terhadap kelas bengkel dengan teknologi tinggi di kalangan siswa.
Quincy Millerjohn, seorang guru yang beralih dari pengajaran bahasa Inggris ke instruktur pengelasan, memaparkan prospek gaji yang menarik di bidang ini kepada siswanya. Pekerja di pabrik besi dan pembuatan ketel uap dapat memperoleh antara $41 hingga $52 per jam, atau sekitar Rp 679 ribu hingga Rp 862 ribu per jam. Angka ini menunjukkan bahwa pekerjaan manual yang terampil menawarkan kompensasi yang kompetitif.
Dalam beberapa tahun terakhir, sekitar seperempat dari 2.300 siswa SMA Middleton telah mengambil kelas bengkel, mengasah keterampilan dalam bidang konstruksi, manufaktur, dan pertukangan kayu. Fenomena ini cukup signifikan mengingat kelas bengkel sempat dihilangkan dari sistem pendidikan AS pada era 1900-an dan 2000-an. Sekarang terjadi perubahan yang sangat signifikan.
"Kami ingin anak-anak yang mengambil kelas ini (juga dapat) membantu nilai mereka beserta dengan kelas tingkat lanjut dan penghargaan. Anak-anak dapat melihat ini bukan pekerjaan yang melelahkan," kata Millerjohn.
Kebangkitan kelas keterampilan bengkel dipicu oleh beberapa faktor, termasuk biaya kuliah yang terus meningkat dan kekhawatiran tentang potensi AI untuk menggantikan pekerja kantoran. Akibatnya, generasi muda Amerika kembali melirik pekerjaan di sektor manufaktur.
Konsultan pendidikan di Departemen Pendidikan Publik Wisconsin, Jake Mihm, mengamati adanya pergeseran paradigma. Alih-alih mengejar pekerjaan kantoran tradisional, generasi pekerja berikutnya lebih tertarik pada pekerjaan manual dengan upah yang tinggi.
"(Jabatan buruh kasar) adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan upah tinggi yang menarik bagi banyak orang. Karena pekerjaan tersebut dikerjakan secara langsung (oleh pekerja)," ucap Mihm.
Tren ini tidak hanya terjadi di Wisconsin. Spring Branch Independent School District di Houston, Texas, juga mengalokasikan $381,6 juta (Rp 6,3 triliun) untuk membangun fasilitas pendidikan teknik di sekolah mereka. Jennifer Blaine, penanggung jawab program, melaporkan peningkatan minat sebesar 9 persen dalam pelatihan kejuruan selama empat tahun terakhir.
"Tidak semua orang ingin kuliah dan sebagian orang tidak ingin langsung kerja setelah lulus SMA," tandas Blaine.
Indonesia juga memiliki sistem pendidikan vokasi yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa dengan keterampilan kerja praktis. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta program Diploma 3 (D3) dan Diploma 4 (D4) di perguruan tinggi menawarkan pendidikan yang berfokus pada kebutuhan industri.
Daftar poin penting dari berita ini:
- Kekhawatiran AI mendorong perubahan kurikulum: Sistem pendidikan di AS beradaptasi dengan memasukkan kembali keterampilan bengkel yang relevan dengan era digital.
- Investasi besar dalam fasilitas manufaktur: Sekolah seperti SMA Middleton menginvestasikan jutaan dolar untuk laboratorium manufaktur berteknologi tinggi.
- Prospek gaji menarik di bidang manufaktur: Pekerjaan manual yang terampil menawarkan kompensasi yang kompetitif.
- Pergeseran paradigma: Generasi muda Amerika semakin tertarik pada pekerjaan manual dengan upah tinggi.
- Pendidikan vokasi di Indonesia: SMK dan program diploma mempersiapkan siswa dengan keterampilan kerja praktis.