Tanggapi Tuduhan AS, China: Hentikan Mentalitas Hegemonik!

China Balas Tuduhan AS Soal Ancaman Militer

Pemerintah China merespons keras laporan intelijen terbaru Amerika Serikat (AS) yang menempatkan Tiongkok sebagai ancaman militer dan siber terbesar bagi kepentingan AS secara global. Beijing menuding Washington memiliki "mentalitas hegemonik" dan mendesak agar AS mengubah cara pandangnya terhadap Tiongkok.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam pernyataan resminya, menolak mentah-mentah tuduhan tersebut. Guo menuding AS sengaja menyebarkan narasi ancaman Tiongkok sebagai upaya untuk membendung dan menekan perkembangan negara tersebut. Menurut Guo, AS menggunakan isu ini untuk membenarkan kebijakan-kebijakan yang merugikan kepentingan Tiongkok.

"Kami mendesak AS untuk menghentikan intrik dan dukungan terhadap aktivitas separatis Taiwan," tegas Guo, merujuk pada salah satu poin utama dalam laporan intelijen AS yang menyoroti "tekanan koersif" Tiongkok terhadap Taiwan. Pernyataan ini menggarisbawahi sensitivitas isu Taiwan bagi Beijing dan tekadnya untuk mempertahankan kedaulatan atas pulau tersebut.

Laporan intelijen AS, yang berjudul "Annual Threat Assessment," memberikan gambaran komprehensif tentang ancaman keamanan yang dihadapi AS dari berbagai negara dan organisasi kriminal. Dalam laporan tersebut, Tiongkok disebut sebagai ancaman militer paling komprehensif dan kuat terhadap keamanan nasional AS. Laporan itu menyoroti kemajuan signifikan yang telah dicapai Tiongkok dalam kemampuan militer dan sibernya, termasuk pengembangan senjata hipersonik, pesawat siluman, kapal selam canggih, dan peningkatan kemampuan perang siber dan luar angkasa.

Peningkatan Kemampuan Militer China

Direktur Intelijen Nasional AS, Tulsi Gabbard, dalam sidang Senat, menyatakan bahwa Tiongkok adalah pesaing strategis AS yang paling mumpuni. Gabbard menyoroti modernisasi militer Tiongkok yang pesat dan diversifikasi kemampuan militernya. Dia menekankan bahwa militer Tiongkok kini memiliki kemampuan canggih yang dapat menantang dominasi militer AS di berbagai bidang.

Namun, laporan intelijen AS juga mencatat bahwa Tiongkok cenderung lebih berhati-hati dibandingkan Rusia, Iran, dan Korea Utara dalam menghindari tindakan yang dianggap terlalu agresif dan mengganggu. Hal ini menunjukkan bahwa Beijing menyadari risiko yang terkait dengan tindakan provokatif dan berusaha untuk memproyeksikan citra sebagai kekuatan yang bertanggung jawab.

Poin-Poin Utama Laporan Intelijen AS:

Berikut adalah beberapa poin utama yang disoroti dalam laporan intelijen AS:

  • Ancaman Militer Terbesar: Tiongkok dipandang sebagai ancaman militer paling komprehensif dan kuat terhadap keamanan nasional AS.
  • Kemajuan Militer dan Siber: Beijing telah mencapai kemajuan signifikan dalam kemampuan militer dan sibernya.
  • Tekanan terhadap Taiwan: "Tekanan koersif" Tiongkok terhadap Taiwan dianggap sebagai indikator meningkatnya ancaman terhadap keamanan nasional AS.
  • Operasi Siber Luas: Operasi siber Tiongkok yang luas terhadap target AS juga menjadi perhatian utama.
  • Kehati-hatian: Tiongkok dinilai lebih berhati-hati dibandingkan negara lain dalam menghindari tindakan agresif.

Respons China terhadap laporan intelijen AS ini menunjukkan ketegangan yang terus berlanjut antara kedua negara. Persaingan antara AS dan Tiongkok mencakup berbagai bidang, termasuk ekonomi, militer, dan teknologi. Kedua negara saling bersaing untuk mendapatkan pengaruh global dan membentuk tatanan dunia di masa depan.