Kontroversi Bryan Johnson: Tuntutan Hukum dan Kekhawatiran Kesehatan Mengintai Miliarder Anti-Penuaan
Miliarder teknologi, Bryan Johnson, yang dikenal karena obsesinya pada anti-penuaan melalui proyek "Blueprint," kini menghadapi gelombang kontroversi yang berpusat pada dugaan pelanggaran hak-hak karyawan dan kekhawatiran seputar produk kesehatan yang dipasarkannya.
Beberapa mantan karyawan Johnson telah mengajukan keluhan ke Dewan Hubungan Perburuhan Nasional (NLRB), menuduh bahwa perjanjian kerahasiaan yang mereka tanda tangani terlalu ketat dan melanggar hukum ketenagakerjaan federal. Keluhan tersebut menyoroti klausa-klausa yang dianggap mengganggu, termasuk ketentuan yang mengharuskan karyawan untuk "menerima" kemungkinan Johnson tampil dengan pakaian minim atau bahkan tanpa busana di tempat kerja, serta diskusi terbuka mengenai topik seksual yang disebut-sebut terkait dengan upaya kesehatan anti-penuaannya.
Tuntutan Pelanggaran Hak Karyawan
Menurut laporan The New York Times, Johnson, yang menjalankan Blueprint dari rumah mewahnya di Los Angeles, diduga mewajibkan karyawannya untuk menandatangani perjanjian yang menyatakan bahwa mereka tidak akan merasa "terhina, terganggu, atau tersinggung" oleh perilakunya. Hal ini memicu kekhawatiran tentang lingkungan kerja yang berpotensi tidak sehat dan eksploitatif.
Salah satu penggugat adalah mantan tunangan Johnson yang sebelumnya bekerja di Blueprint. Para penggugat berpendapat bahwa perjanjian kerahasiaan tersebut menghalangi mereka untuk berbicara secara terbuka tentang kondisi kerja yang mereka alami.
Kekhawatiran tentang Suplemen Kesehatan Blueprint
Selain masalah ketenagakerjaan, kekhawatiran juga muncul terkait suplemen kesehatan yang dipasarkan oleh Blueprint. Sebuah studi yang melibatkan 1.700 peserta mengungkapkan bahwa beberapa individu mengalami efek samping yang merugikan, termasuk penurunan kadar testosteron dan gejala pradiabetes. Seorang mantan karyawan mengungkapkan dalam memo internal yang bocor bahwa banyak peserta melaporkan efek samping serius seperti muntah, sakit perut, dan kelelahan ekstrem.
Namun, kontrak kerahasiaan yang ketat diduga menghalangi para staf untuk membahas temuan ini secara terbuka. Bahkan, dokter pribadi Johnson, Oliver Zolman, dilaporkan mengundurkan diri dari Blueprint setelah menyuarakan keprihatinan tentang keamanan produk perusahaan. Zolman menolak menandatangani perjanjian tambahan yang diminta Johnson setelah pengunduran dirinya, meskipun ditawari pesangon satu bulan gaji.
Bantahan Johnson dan Reaksi Publik
Menanggapi kritik tersebut, Johnson dengan tegas membantah semua tuduhan. Dalam serangkaian postingan di media sosial, ia menuduh The New York Times "memutarbalikkan fakta" untuk menciptakan narasi yang sudah ditentukan sebelumnya. Ia berpendapat bahwa perjanjian opt-in adalah praktik yang adil dan menguntungkan semua pihak.
Namun, publik tampaknya semakin skeptis terhadap Johnson, yang dikenal karena eksperimen anti-penuaannya yang kontroversial, termasuk transfusi darah dari putranya yang berusia 19 tahun. Sementara Johnson mengklaim bahwa semua prosedurnya didasarkan pada sains, para mantan karyawan dan kritikus industri menganggap upayanya tidak hanya ekstrem, tetapi juga berpotensi berbahaya.
Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang etika bisnis, hak-hak karyawan, dan keamanan produk kesehatan yang dipromosikan oleh tokoh publik yang memiliki pengaruh besar.