Kontroversi Film 'Santosh': Sensor India Diduga Bungkam Kritik terhadap Kepolisian dan Isu Sosial Sensitif
Film 'Santosh' Dicekal di India, Ungkap Dugaan Sensor atas Kritik Kepolisian dan Isu Sosial
Film 'Santosh', sebuah karya sineas Inggris-India bernama Sandya Shuri, menuai kontroversi di India setelah lembaga sensor film setempat, Badan Sertifikasi Film Pusat (CBFC), menolak untuk memberikan sertifikasi penayangan. Keputusan ini memicu perdebatan tentang kebebasan berekspresi, peran sensor, dan sensitivitas isu-isu sosial di India.
Kisah 'Santosh': Perjuangan Polisi Wanita di Tengah Realitas Brutal
'Santosh' mengisahkan perjalanan seorang janda yang berprofesi sebagai polisi dalam mengungkap kasus pembunuhan seorang gadis muda. Lebih dari sekadar cerita kriminal, film ini disebut-sebut menawarkan gambaran fiksi yang tajam dan tanpa kompromi mengenai sisi gelap kepolisian India. Beberapa isu krusial yang diangkat dalam film ini antara lain:
- Kebencian terhadap wanita: Menggambarkan bagaimana misogini masih mengakar kuat dalam sistem kepolisian.
- Diskriminasi terhadap kaum Dalit: Menyoroti perlakuan diskriminatif terhadap kelompok masyarakat yang dulunya dikenal sebagai kaum 'tak tersentuh'.
- Penyiksaan dan penganiayaan: Memperlihatkan normalisasi praktik penyiksaan dan penganiayaan oleh oknum petugas polisi.
- Kekerasan seksual: Mengangkat isu kekerasan seksual, khususnya terhadap perempuan dari kasta rendah.
- Islamofobia: Menyinggung gelombang prasangka dan kebencian terhadap umat Islam yang meningkat di India.
Alasan Penolakan Sensor: Penggambaran Negatif Polisi?
Meskipun diproduksi di India, menggunakan aktor dan aktris India, serta berbahasa Hindi, 'Santosh' terancam tidak dapat disaksikan oleh penonton di negara asalnya. CBFC menolak menyetujui perilisan film tersebut karena kekhawatiran atas penggambaran negatif terhadap polisi.
Sandya Shuri, yang bertindak sebagai penulis dan sutradara, menyatakan kekecewaannya atas keputusan sensor. Ia berpendapat bahwa isu-isu yang diangkat dalam filmnya bukanlah hal baru dalam sinema India dan telah dieksplorasi oleh film-film lain sebelumnya.
Menurut Shuri, sensor meminta sejumlah pemotongan radikal yang sangat banyak dan mustahil untuk dilakukan. Pembatasan hukum mencegahnya untuk mengungkapkan rincian pasti dari tuntutan sensor. Akan tetapi, ia mengatakan bahwa daftar pemotongan tersebut sangat panjang dan mencakup kekhawatiran tentang tema-tema yang berkaitan dengan perilaku polisi dan masalah-masalah sosial yang lebih luas yang tertanam dalam film tersebut.
Dampak terhadap Kebebasan Berekspresi dan Industri Film India
Penolakan 'Santosh' oleh lembaga sensor memicu kekhawatiran tentang iklim kebebasan berekspresi di India. Keputusan ini terjadi di tengah meningkatnya pengawasan terhadap film dan serial TV yang mengangkat tema-tema sensitif politik. Tak jarang, karya-karya semacam ini menjadi sasaran kampanye kebencian, kasus hukum, dan bahkan dihentikan penayangannya oleh platform streaming.
Sandya Shuri menegaskan bahwa filmnya tidak mengagungkan kekerasan seperti yang dilakukan oleh banyak film lain yang berfokus pada polisi. Ia berharap masih ada cara agar filmnya dapat dirilis di India tanpa harus mengorbankan visinya sebagai seorang pembuat film.
Kasus 'Santosh' menjadi sorotan dan memicu perdebatan tentang peran sensor dalam melindungi nilai-nilai moral versus hak kebebasan berekspresi. Implikasi dari keputusan ini dapat memengaruhi industri film India dan kemampuan para sineas untuk mengangkat isu-isu sosial yang penting dan relevan.