Waspadai Sifilis pada Wanita: Gejala, Tahapan, dan Dampak Serius yang Perlu Diketahui

Sifilis pada Wanita: Deteksi Dini dan Pencegahan Komplikasi

Sifilis, atau yang dikenal juga dengan raja singa, adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini tidak hanya menyerang pria, tetapi juga wanita, dan bahkan dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya, menyebabkan sifilis kongenital. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menunjukkan peningkatan kasus sifilis yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada kelompok usia produktif. Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk mengenali gejala sifilis dan segera mencari pengobatan untuk mencegah komplikasi serius.

Mengenal Tahapan dan Gejala Sifilis pada Wanita

Sifilis berkembang melalui beberapa tahapan, masing-masing dengan gejala yang berbeda. Memahami tahapan ini penting untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat.

1. Sifilis Primer

Tahap awal sifilis ditandai dengan munculnya luka yang disebut chancre. Luka ini biasanya keras, bulat, tidak nyeri, dan muncul di area masuknya bakteri ke dalam tubuh, seperti vagina, vulva, anus, rektum, atau mulut. Chancre dapat bertahan selama 3-6 minggu dan akan sembuh dengan sendirinya, bahkan tanpa pengobatan. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun luka sembuh, infeksi sifilis tetap ada di dalam tubuh.

2. Sifilis Sekunder

Beberapa minggu setelah penyembuhan chancre, atau bahkan saat chancre masih ada, wanita mungkin mengalami gejala sifilis sekunder. Gejala ini bisa meliputi:

  • Ruam: Ruam sifilis sekunder seringkali berupa bercak kasar berwarna merah kecoklatan yang tidak gatal, biasanya muncul di telapak tangan dan kaki. Ruam ini bisa menyebar ke seluruh tubuh.
  • Luka Mukosa: Muncul luka di selaput lendir, seperti di mulut, hidung, atau vagina.
  • Gejala Mirip Flu: Demam, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan penurunan berat badan.
  • Rambut Rontok: Rambut rontok tidak merata.

Sama seperti chancre, gejala sifilis sekunder juga dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan, meskipun tanpa pengobatan. Namun, infeksi tetap aktif dan dapat berkembang ke tahap yang lebih serius.

3. Sifilis Laten

Setelah tahap sekunder, sifilis memasuki tahap laten, di mana tidak ada gejala yang terlihat. Tahap ini bisa berlangsung bertahun-tahun. Meskipun tidak ada gejala, bakteri sifilis masih ada di dalam tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan organ jika tidak diobati.

4. Sifilis Tersier

Jika sifilis tidak diobati selama bertahun-tahun, infeksi dapat berkembang menjadi sifilis tersier. Tahap ini dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ tubuh, seperti:

  • Otak dan Sistem Saraf (Neurosifilis): Sakit kepala parah, kelemahan otot, masalah koordinasi, perubahan kepribadian, demensia, kejang, kelumpuhan, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran.
  • Jantung dan Pembuluh Darah: Aneurisma aorta (pembengkakan dan kelemahan dinding aorta), penyakit jantung, dan stroke.
  • Organ Lain: Kerusakan hati, tulang, dan sendi.

Neurosifilis: Ancaman Serius pada Sistem Saraf

Neurosifilis adalah komplikasi serius sifilis yang menyerang sistem saraf. Gejala neurosifilis dapat bervariasi tergantung pada bagian sistem saraf yang terpengaruh. Beberapa gejala umum termasuk sakit kepala parah, kelemahan otot, masalah koordinasi, perubahan kepribadian, demensia, kejang, kelumpuhan, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran.

Sifilis dan Kehamilan: Risiko bagi Ibu dan Bayi

Sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan bayi. Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, kematian bayi dalam kandungan, atau sifilis kongenital pada bayi yang lahir.

Sifilis kongenital dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada bayi, termasuk:

  • Deformitas tulang
  • Anemia berat
  • Pembesaran hati dan limpa
  • Penyakit kuning
  • Ruam kulit
  • Keterlambatan perkembangan
  • Kejang
  • Kebutaan
  • Tuli

Oleh karena itu, penting bagi wanita hamil untuk melakukan pemeriksaan sifilis selama kehamilan dan segera mendapatkan pengobatan jika terinfeksi.

Pencegahan dan Pengobatan Sifilis

Pencegahan sifilis meliputi:

  • Praktik Seks Aman: Menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks.
  • Pemeriksaan Rutin: Melakukan pemeriksaan IMS secara rutin, terutama jika aktif secara seksual dan memiliki banyak pasangan.
  • Komunikasi Terbuka: Berdiskusi dengan pasangan tentang riwayat kesehatan seksual masing-masing.

Sifilis dapat diobati dengan antibiotik, biasanya penisilin. Pengobatan efektif jika diberikan pada tahap awal infeksi. Penting untuk menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan antibiotik dan menghindari hubungan seks sampai dokter menyatakan infeksi telah sembuh.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami gejala sifilis, seperti luka pada alat kelamin, ruam, atau gejala mirip flu. Penting juga untuk memeriksakan diri jika Anda aktif secara seksual dan memiliki kekhawatiran tentang IMS.

Dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, sifilis dapat disembuhkan dan komplikasi serius dapat dicegah. Jaga kesehatan seksual Anda dan lindungi diri Anda dari infeksi menular seksual.