Satu Dekade Misteri Kematian Akseyna: Mahasiswa UI Desak Pengusutan Tuntas

Satu Dekade Misteri Kematian Akseyna: Mahasiswa UI Desak Pengusutan Tuntas

Depok, Jawa Barat - Sepuluh tahun berlalu sejak jasad Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Universitas Indonesia (UI), ditemukan mengambang di Danau Kenanga. Pada momen peringatan satu dekade kematian Akseyna, mahasiswa UI menggelar aksi simbolis untuk menuntut kejelasan dan pengusutan tuntas kasus yang hingga kini masih menjadi misteri.

Aksi yang digelar pada Rabu (26/3/2025) ini menjadi momentum bagi mahasiswa untuk menyuarakan kekecewaan atas lambannya penanganan kasus oleh pihak kepolisian dan kampus. Mereka mendesak Rektor UI, Prof. Heri Hermansyah, untuk menunjukkan komitmennya dalam menuntaskan kasus ini, sesuai dengan janji yang pernah diucapkannya sebelum menjabat.

"Kami di sini untuk mengingatkan semua pihak bahwa kasus Akseyna belum selesai. Kami menuntut keadilan dan kejelasan atas kematian sahabat kami," ujar Difka, Koordinator Aksi, dalam orasinya.

Mahasiswa UI menyampaikan empat tuntutan utama kepada pihak-pihak terkait:

  • Komitmen Rektor UI: Menuntut Rektor UI untuk secara aktif mendampingi keluarga Akseyna dalam upaya penuntasan kasus, sesuai dengan kontrak politik kinerja Rektor UI poin 7.
  • Pertemuan Rutin: Menuntut UI untuk mengadakan pertemuan triwulanan yang melibatkan keluarga Akseyna, pihak kepolisian, dan perwakilan kampus. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas perkembangan penyidikan dan memastikan komunikasi yang efektif dengan keluarga korban.
  • Kejelasan Tim Khusus Kompolnas: Meminta kejelasan dari Kompolnas terkait pembentukan tim khusus yang dijanjikan pada tahun 2022 untuk mengawal investigasi kasus Akseyna.
  • Keseriusan Polres Depok: Menuntut Polres Depok untuk menunjukkan keseriusan dalam menuntaskan kasus Akseyna dan memberikan informasi perkembangan penyidikan secara berkala melalui Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP).

Kasus kematian Akseyna, yang awalnya diduga sebagai bunuh diri, kini mengarah pada dugaan pembunuhan. Hal ini didasarkan pada beberapa temuan, antara lain:

  • Hasil visum yang menunjukkan adanya luka lebam pada tubuh korban.
  • Analisis tulisan tangan pada surat wasiat yang menunjukkan indikasi ditulis oleh dua orang yang berbeda.

Meskipun demikian, hingga saat ini, belum ada titik terang mengenai pelaku dan motif pembunuhan Akseyna. Keluarga dan rekan-rekan Akseyna terus berjuang untuk mencari keadilan dan mengungkap kebenaran di balik kematian tragis ini. Aksi simbolis ini diharapkan dapat menjadi pengingat bagi semua pihak untuk tidak melupakan kasus Akseyna dan terus berupaya mencari keadilan.

Kasus Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Biologi UI yang ditemukan tewas di Danau Kenanga pada 26 Maret 2015, tetap menjadi luka mendalam bagi keluarga dan komunitas UI. Setelah satu dekade, misteri seputar kematiannya belum terpecahkan, memicu aksi protes dan tuntutan dari mahasiswa UI.

Tragedi ini awalnya dianggap sebagai kasus bunuh diri, namun berbagai kejanggalan muncul, seperti luka lebam di tubuh korban dan analisis tulisan tangan yang mengindikasikan keterlibatan dua orang dalam penulisan surat yang ditemukan di lokasi kejadian. Fakta-fakta ini mengarahkan penyelidikan ke arah pembunuhan, meskipun belum ada tersangka yang ditetapkan hingga saat ini.

Keluarga Akseyna terus berjuang mencari keadilan, didukung oleh rekan-rekan mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat. Mereka berharap, dengan tekanan yang terus diberikan, pihak berwenang akan lebih serius dalam menangani kasus ini dan mengungkap kebenaran di balik kematian Akseyna.

Aksi simbolis yang dilakukan mahasiswa UI adalah bentuk solidaritas dan dukungan terhadap keluarga Akseyna, sekaligus peringatan bagi semua pihak bahwa kasus ini tidak boleh dilupakan dan harus terus diusut tuntas. Mereka berharap, di masa depan, tidak ada lagi kasus serupa yang terjadi dan keadilan dapat ditegakkan bagi semua korban kejahatan.