Mitos Rumah Tusuk Sate: Perspektif Islam tentang Keberuntungan dan Tata Ruang
Mitos Rumah Tusuk Sate: Perspektif Islam tentang Keberuntungan dan Tata Ruang
Dalam budaya populer, seringkali kita mendengar berbagai mitos dan kepercayaan yang berkaitan dengan tata ruang rumah. Salah satu yang cukup dikenal adalah anggapan bahwa rumah "tusuk sate" membawa kesialan bagi penghuninya. Rumah tusuk sate adalah rumah yang berada di ujung jalan berbentuk "T", sehingga seolah-olah "ditusuk" oleh jalan tersebut. Lalu, bagaimana pandangan Islam mengenai mitos ini? Apakah benar posisi rumah dapat mempengaruhi keberuntungan atau kesialan seseorang?
Hukum Islam dan Mitos Tata Ruang
Ustadz Khalid Basalamah, dalam salah satu ceramahnya, secara tegas membantah anggapan bahwa rumah tusuk sate membawa sial. Menurut beliau, tidak ada dasar hukum dalam Islam yang mendukung keyakinan tersebut. Beliau menekankan bahwa rezeki dan nasib seseorang tidak ditentukan oleh posisi rumah, melainkan oleh ketakwaan kepada Allah SWT dan usaha yang dilakukan.
"Mau tusuk sate, mau tusuk apa... rumah dibangun dengan uang halal, mau di ujung gang, mau di samping, mau bentuknya kotak, nggak ada masalah sama sekali," demikian pernyataan Ustadz Basalamah.
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa yang terpenting adalah kehalalan harta yang digunakan untuk membangun rumah dan bagaimana rumah tersebut digunakan untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Kepercayaan pada mitos seperti ini termasuk dalam kategori tathayyur, yaitu menggantungkan nasib pada hal-hal yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam. Tathayyur dilarang dalam Islam karena dapat menjauhkan seseorang dari tawakal kepada Allah SWT.
Adab dalam Membangun dan Menempati Rumah Menurut Islam
Meski demikian, Islam tetap memberikan pedoman mengenai adab dalam membangun dan menempati rumah. Beberapa hal yang dianjurkan antara lain:
- Menghadap Kiblat: Dianjurkan agar rumah menghadap kiblat, terutama saat mendirikan sholat. Meskipun demikian, saat tidur, sebaiknya tidak menghadap kiblat.
- Memperhatikan Arah Angin dan Cahaya: Rumah sebaiknya dibangun dengan mempertimbangkan arah angin dan cahaya matahari agar sirkulasi udara baik dan mendapatkan penerangan yang cukup.
-
Membaca Al-Quran: Membaca Al-Quran di dalam rumah dapat mendatangkan ketenangan dan keberkahan, serta menjauhkan dari gangguan setan. Rasulullah SAW bersabda:
"Janganlah kalian jadikan rumah kalian (seperti) kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah." (HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu)
"Sesungguhnya Allah telah menulis kitab dua ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Dia turunkan darinya dua ayat yang dijadikan sebagai penutup Surat Al-Baqarah. Tidaklah dibaca di suatu rumah selama tiga malam melainkan syaitan tidak akan mendekatinya." (HR. At-Tirmidzi).
-
Mengucapkan Salam dan Basmallah: Saat memasuki rumah, dianjurkan untuk mengucapkan salam dan basmallah. Allah SWT berfirman dalam Surat An Nur Ayat 61:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةٌ
Artinya: "Apabila kalian memasuki rumah-rumah hendaklah kalian memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah."
Kesimpulan
Dalam Islam, mitos rumah tusuk sate yang membawa sial tidak memiliki dasar hukum. Keberuntungan dan nasib seseorang ditentukan oleh ketakwaan kepada Allah SWT dan usaha yang dilakukan. Meskipun demikian, Islam mengajarkan adab-adab tertentu dalam membangun dan menempati rumah, seperti memperhatikan arah kiblat, angin, cahaya, serta membiasakan membaca Al-Quran dan mengucapkan salam. Dengan mengikuti pedoman-pedoman ini, diharapkan rumah dapat menjadi tempat yang nyaman, penuh berkah, dan membawa ketenangan bagi penghuninya.