IHSG Terkoreksi di Awal Perdagangan, Rupiah Berupaya Menguat di Tengah Sentimen Global

IHSG Terkoreksi di Awal Perdagangan, Rupiah Berupaya Menguat di Tengah Sentimen Global

Jakarta, [Tanggal Hari Ini] - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan hari ini dengan catatan negatif, melanjutkan tren konsolidasi setelah reli singkat sebelumnya. Pada pukul 09.02 WIB, IHSG tercatat berada di posisi 6.444,35, terkoreksi sebesar 28 poin atau 0,43% dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level 6.462,59. Pelemahan ini terjadi di tengah sentimen pasar yang masih mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik.

Pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan divergensi, dengan 165 saham mencatatkan kenaikan, sementara 168 saham mengalami penurunan. Sebanyak 166 saham lainnya terpantau stagnan. Aktivitas perdagangan di awal sesi ini mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp 561,37 miliar dengan volume 532,23 juta saham.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa koreksi IHSG ini merupakan respons pasar terhadap potensi peningkatan tensi perang dagang global. Pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait penetapan tarif impor otomotif sebesar 25% memicu kekhawatiran akan pembalasan dari negara-negara mitra dagang seperti Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa.

"Secara teknikal, kami melihat IHSG memiliki potensi pelemahan terbatas dengan rentang support dan resistance di level 6.380–6.650," ujar Nico Demus dalam analisisnya.

Perbandingan dengan Bursa Regional

Pergerakan bursa regional Asia menunjukkan performa yang bervariasi. Berikut adalah rinciannya:

  • Strait Times (Singapura): Naik 0,41% (16,33 poin) ke level 3.980,04.
  • Shanghai Composite (Tiongkok): Naik 0,07% (2,42 poin) ke level 3.371,12.
  • Hang Seng (Hong Kong): Naik 0,47% (109,68 poin) ke level 23.593,00.
  • Nikkei 225 (Jepang): Turun 1,19% (453,29 poin) ke level 37.574,00.

Rupiah Berusaha Menguat di Tengah Tekanan Eksternal

Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan upaya penguatan di tengah sentimen risk-off yang masih mendominasi. Data Bloomberg menunjukkan bahwa pada pukul 09.35 WIB, rupiah berada pada level Rp 16.567 per dolar AS, menguat tipis 0,13% dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.587,5 per dolar AS.

Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar uang, menyoroti bahwa isu tarif impor yang diumumkan oleh Trump masih menjadi sentimen negatif bagi aset berisiko, termasuk rupiah. Kenaikan indeks dolar AS juga memberikan tekanan tambahan terhadap mata uang Garuda.

"Potensi pelemahan rupiah masih terbuka ke arah 16.600, namun ada juga potensi penguatan ke level 16.500," jelas Ariston.

Meskipun demikian, rebound IHSG pada hari sebelumnya, yang didorong oleh valuasi saham yang dianggap murah, memberikan sedikit dukungan bagi rupiah. Hal ini dapat membantu menahan laju pelemahan rupiah di tengah tekanan eksternal yang kuat.