Dominasi Putin: Analisis 25 Tahun Kekuasaan di Rusia dan Dampaknya

Vladimir Putin: Dua Dekade Lebih Membentuk Rusia

Vladimir Putin, sosok yang telah mendominasi panggung politik Rusia selama lebih dari dua dekade, pertama kali terpilih sebagai presiden pada 26 Maret 2000, dengan meraih 52,9% suara. Momentum ini sebenarnya telah terbangun sejak pengunduran diri Boris Yeltsin pada 31 Desember 1999, yang mengantarkan Putin, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri, untuk mengambil alih tampuk kepemimpinan sesuai konstitusi.

Masa jabatan Putin ditandai dengan konsolidasi kekuasaan yang signifikan, yang oleh beberapa ilmuwan politik Rusia, seperti Mikhail Komin, digambarkan sebagai transformasi negara menjadi "kediktatoran pribadi terkuat di dunia". Kekuatan ini tidak datang dengan sendirinya, melainkan melalui serangkaian langkah strategis dan manuver politik yang cermat.

Strategi Konsolidasi Kekuasaan

Salah satu langkah awal adalah dengan melemahkan otonomi daerah. Kremlin secara sistematis membangun instrumen kontrol di seluruh wilayah Rusia, meletakkan fondasi bagi sentralisasi kekuasaan di tangan Putin. Grigory Nishnikov, seorang ilmuwan politik Rusia yang berbasis di Finlandia, menambahkan bahwa pada awal pemerintahan Putin, terdapat pusat-pusat kekuasaan otonom, baik konstitusional maupun informal, termasuk oligarki, yang berfungsi sebagai penyeimbang terhadap Kremlin. Namun, Putin secara bertahap menghancurkan penyeimbang ini, memfokuskan sistem kekuasaan Rusia pada dirinya sendiri.

  • Melemahkan Institusi Politik: Komin menekankan bahwa selama seperempat abad berkuasa, Putin terus-menerus melemahkan semua institusi politik Rusia.
  • Penghapusan Otonomi Daerah: Kremlin menciptakan instrumen kontrolnya sendiri di wilayah Rusia.
  • Penghancuran Penyeimbang Kekuasaan: Pusat-pusat kekuasaan otonom, seperti oligarki, secara sistematis dihilangkan.

Tantangan dan Respon

Perjalanan Putin tidaklah tanpa tantangan. Beberapa momen krusial yang berpotensi menggoyahkan kekuasaannya termasuk:

  • Protes di Lapangan Bolotnaya Moskow setelah pemilihan parlemen tahun 2011.
  • Risiko ketidakstabilan di Krimea setelah aneksasi pada 2014.
  • Kerusuhan akibat reformasi sistem pensiun yang kontroversial pada 2018.
  • Protes besar-besaran mendukung Alexei Navalny.
  • Invasi ke Ukraina.

Namun, setiap gelombang perlawanan dihadapi dengan penindasan yang lebih besar. Nishnikov mencatat bahwa musuh-musuh baru selalu disingkirkan, sehingga tidak ada lagi tokoh yang mampu menantang Putin secara signifikan.

Hubungan dengan Barat: Kasus Trump

Dalam arena kebijakan luar negeri, muncul harapan akan perbaikan hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat ketika Donald Trump menjabat sebagai presiden AS (2017-2021). Pertemuan pertama antara Trump dan Putin pada KTT Rusia-AS di Helsinki pada Juli 2018 dipandang sebagai sinyal positif.

Helmut Müller-Enbergs, seorang ilmuwan politik dan sejarawan, berpendapat bahwa Trump adalah "hadiah terbesar dalam kehidupan politik Putin". Müller-Enbergs menunjuk pada negosiasi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, di mana Putin menawarkan Trump bahan mentah dan janji pemilu untuk mengakhiri perang.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga mengisyaratkan hubungan dekat antara Trump dan Putin, menunjukkan bahwa keduanya lebih sering berbicara daripada yang diperkirakan.

Melemahkan Sistem Peradilan dan Manipulasi Pemilu

Faktor lain yang berkontribusi pada kelanggengan kekuasaan Putin adalah pelemahan sistem peradilan. Jaksa agung yang loyal kepada Putin diberi kekuasaan yang lebih besar, yang mengakibatkan hilangnya independensi pengadilan. Pengadilan, menurut Komin, hanya dapat memperlambat, tetapi tidak dapat menghentikan, penindasan negara terhadap warga negara.

Perubahan sistem pemilu juga menguntungkan Putin dan partai yang berkuasa, Rusia Bersatu.

'Kabinet Bayangan' dan Kontrol Ekonomi

Sosiolog Rusia, Alexander Bikbov, mengungkapkan bahwa Putin mengelilingi dirinya dengan semacam "kabinet bayangan" yang terdiri dari individu-individu dengan kepentingan bisnis tertentu. Perusahaan-perusahaan mereka menerima kontrak negara yang besar, menghasilkan keuntungan yang signifikan. Bikbov menekankan bahwa Putin selalu memegang kendali dan terlibat secara pribadi dalam bisnis ini.

Selain itu, citra Rusia dipoles di mata masyarakat, dengan penghapusan aspek-aspek negatif dan manipulasi memori sejarah kolektif. Narasi yang dibangun menggambarkan Rusia sebagai masyarakat dengan nilai-nilai tradisional dan kesetiaan tanpa syarat kepada penguasa.

Masa Depan Kekuasaan Putin

Para ahli sepakat bahwa kecenderungan konsolidasi kekuasaan ini akan terus berlanjut di masa depan, dan Putin kemungkinan akan tetap berkuasa dalam jangka waktu yang lama. Komin berpendapat bahwa tidak ada kandidat alternatif dan tidak ada ruang bagi kandidat lain. Pemilu terakhir yang benar-benar dimenangkan Putin adalah pada tahun 2004.

Nishnikov menambahkan bahwa masyarakat Rusia cenderung menginginkan pemimpin yang kuat untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah. Kecenderungan ini, bersama dengan penindasan terhadap oposisi dan kontrol atas media, semakin memperkuat posisi Putin di puncak kekuasaan.