Rupiah Menguat Tipis di Awal Perdagangan, Dolar AS Bertahan di Kisaran Rp 16.500
Rupiah Beringsut Naik, Dolar AS Masih Perkasa
Awal perdagangan hari ini menunjukkan sedikit angin segar bagi rupiah, meskipun dominasi dolar Amerika Serikat (AS) masih terasa kuat. Rupiah mencatatkan penguatan tipis terhadap mata uang Paman Sam, namun tetap bertahan di level yang cukup tinggi, yaitu di kisaran Rp 16.500.
Data dari Reuters pada Kamis, 28 Maret 2025, menunjukkan nilai tukar dolar AS berada di Rp 16.566. Angka ini mencerminkan penurunan sebesar 13 poin atau 0,08% dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya. Perdagangan pagi dibuka dengan dolar AS berada di posisi Rp 16.575.
Kendati demikian, pergerakan dolar AS terhadap mata uang global lainnya menunjukkan tren pelemahan yang seragam. Berikut rinciannya:
- Terhadap Dolar Australia: Melemah 0,08%
- Terhadap Dolar Singapura: Melemah 0,16%
- Terhadap Euro: Melemah 0,20%
- Terhadap Yuan China: Melemah 0,06%
- Terhadap Yen Jepang: Melemah 0,22%
Analisis Pasar:
Pelemahan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk rupiah, dapat diindikasikan oleh beberapa faktor. Sentimen pasar yang dipengaruhi oleh ekspektasi kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed), data ekonomi AS terbaru, dan perkembangan geopolitik global, kemungkinan memainkan peran penting dalam dinamika pasar valuta asing saat ini.
Para pelaku pasar akan terus memantau perkembangan lebih lanjut, termasuk pernyataan dari pejabat The Fed dan rilis data ekonomi penting dalam beberapa hari mendatang, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS dan dampaknya terhadap nilai tukar dolar. Selain itu, faktor-faktor seperti harga komoditas dan sentimen risiko global juga akan terus diperhatikan untuk menilai potensi dampaknya terhadap pergerakan rupiah dan mata uang lainnya.
Implikasi:
Penguatan tipis rupiah ini bisa memberikan sedikit kelegaan bagi para pelaku usaha yang memiliki utang dalam denominasi dolar AS. Namun, level Rp 16.500-an masih dianggap tinggi dan berpotensi membebani biaya impor dan inflasi.
Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus memantau perkembangan pasar valuta asing dan siap melakukan intervensi jika diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Koordinasi antara pemerintah dan BI juga akan terus ditingkatkan untuk menjaga fundamental ekonomi yang kuat dan menarik investasi asing.