Antisipasi Banjir, BNPB dan Pemprov Jabar Lakukan Modifikasi Cuaca di Puncak Jelang Idul Fitri

Antisipasi Banjir di Puncak, BNPB dan Pemprov Jabar Bersinergi Lakukan Modifikasi Cuaca

Menjelang perayaan Idul Fitri 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) mengambil langkah proaktif untuk mengantisipasi potensi banjir akibat cuaca ekstrem. Sinergi ini diwujudkan melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang akan difokuskan di wilayah Puncak, Jawa Barat, yang diprediksi mengalami curah hujan tinggi.

Kepala BNPB, Mayjen Suharyanto, menjelaskan bahwa berdasarkan prakiraan cuaca, Puncak akan mengalami hujan sedang hingga lebat mulai tanggal 28 Maret 2025. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko banjir di wilayah tersebut. Untuk meminimalkan dampak buruk cuaca ekstrem, BNPB dan Pemprov Jabar sepakat melaksanakan rekayasa cuaca mulai 27 hingga 30 Maret 2025.

"Prediksi hujan agak lebat, sedang sampai lebat adalah di tanggal 28 Maret 2025, dan titiknya di Puncak," ujar Suharyanto usai rapat koordinasi di Kemenko PMK, Kamis (27/3/2025).

Operasi Modifikasi Cuaca ini akan melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan BNPB. TNI akan melaksanakan penerbangan penyemaian awan pada siang hari, sementara BNPB akan melanjutkan operasi pada malam hari. Kerja sama ini diharapkan dapat memaksimalkan efektivitas modifikasi cuaca dalam mengurangi intensitas curah hujan di wilayah Puncak.

Ancaman Siklon Tropis dan Gelombang Tinggi

Di sisi lain, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan adanya tiga fenomena alam yang berpotensi memengaruhi kondisi cuaca di Indonesia, yaitu Siklon Tropis Courtney, serta bibit siklon tropis 93S dan 96W. Fenomena-fenomena ini dapat memicu gelombang tinggi dan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sejumlah wilayah.

"Siklon Tropis Courtney terdeteksi di Samudera Hindia, sementara bibit siklon tropis lainnya berada di wilayah Timur Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat, Maluku Utara, dan Papua. Dampaknya meliputi gelombang tinggi serta hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," jelas Dwikorita.

BMKG memperkirakan gelombang tinggi setinggi 2,5 hingga 4 meter berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan, seperti:

  • Samudera Hindia (Barat Bengkulu hingga Lampung, Selatan Jawa hingga Bali).
  • Perairan selatan NTB dan NTT.
  • Laut Sawu dan Laut Arafuru.
  • Perairan utara Papua hingga Samudera Pasifik.

Selain itu, hujan lebat disertai angin kencang juga diprediksi akan melanda Papua, Papua Barat, Maluku Utara, NTB, dan NTT dalam 24 jam ke depan.

Antisipasi Dampak pada Arus Mudik dan Potensi Banjir Rob

BMKG juga memberikan perhatian khusus terhadap potensi gangguan cuaca terhadap arus mudik Lebaran, terutama di Pelabuhan Merak-Bakauheni. Puncak pasang maksimum diperkirakan terjadi pada 29 Maret 2025, dengan ketinggian air mencapai 60 cm. Kondisi ini dapat mengganggu proses sandar kapal dan bongkar muat.

Angin kencang hingga 20 knot dan gelombang setinggi 2,5 meter juga berpotensi menyebabkan guncangan pada kapal yang berlabuh. BMKG telah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, pengelola pelabuhan, dan kepolisian untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi.

Selain itu, BMKG juga mengingatkan potensi banjir rob di wilayah pesisir, terutama di Pantai Utara Jawa. Posisi bulan yang lebih dekat dengan bumi menyebabkan peningkatan gravitasi, yang berdampak pada pasang maksimum di berbagai pantai di Indonesia.

Dengan berbagai potensi ancaman cuaca ekstrem yang ada, diharapkan langkah-langkah antisipasi yang telah disiapkan oleh BNPB, Pemprov Jabar, BMKG, dan pihak-pihak terkait dapat meminimalkan dampak buruk dan memastikan keamanan serta kelancaran aktivitas masyarakat, termasuk arus mudik Lebaran.