Garuda Indonesia Catat Kinerja Positif di 2024, Pendapatan Melonjak Meski Rugi Tetap Membayangi

Garuda Indonesia: Pendapatan Naik Signifikan di Tahun 2024, Namun Kerugian Masih Jadi Tantangan

PT Garuda Indonesia (Persero), maskapai penerbangan nasional, menunjukkan sinyal pemulihan yang menjanjikan di tahun 2024. Laporan keuangan perusahaan mencatat peningkatan pendapatan yang signifikan, menandai langkah maju dalam upaya restrukturisasi dan pemulihan kinerja. Meskipun demikian, maskapai pelat merah ini masih menghadapi tantangan dengan adanya kerugian bersih yang tercatat selama periode tersebut.

Kinerja Keuangan yang Meningkat

Garuda Indonesia berhasil membukukan pendapatan konsolidasi sebesar US$ 3,42 miliar atau sekitar Rp 56,7 triliun (dengan kurs Rp 16.600) sepanjang tahun 2024. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 16,34% dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 2,94 miliar. Peningkatan ini menjadi indikator positif dari upaya perusahaan dalam mengoptimalkan operasional dan meningkatkan daya saing di pasar penerbangan yang kompetitif.

Pendorong Utama Pertumbuhan Pendapatan

Peningkatan pendapatan Garuda Indonesia terutama didorong oleh lonjakan signifikan dalam jumlah penumpang yang diangkut. Selama tahun 2024, Garuda Indonesia Group mencatat total 23,67 juta penumpang, meningkat 18,54% dibandingkan dengan 19,97 juta penumpang pada tahun 2023. Kontribusi ini berasal dari:

  • Garuda Indonesia: 11,39 juta penumpang
  • Citilink (anak perusahaan): 12,28 juta penumpang

Selain itu, frekuensi penerbangan juga mengalami peningkatan sebesar 12,21% year-on-year (YoY), dari 145.500 penerbangan menjadi 163.271 penerbangan. Peningkatan ini menunjukkan respons perusahaan terhadap meningkatnya permintaan pasar dan upaya untuk memperluas jaringan penerbangan.

Tantangan Kerugian Bersih

Terlepas dari peningkatan pendapatan yang menggembirakan, Garuda Indonesia masih mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 69,78 juta atau sekitar Rp 1,15 triliun di tahun 2024. Kerugian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk peningkatan beban usaha sebesar 18,32%. Salah satu penyebab utama peningkatan beban usaha adalah beban pemeliharaan dan perbaikan pesawat, karena sejumlah pesawat memasuki jadwal perawatan besar (overhaul) pada tahun tersebut.

Selain itu, pendapatan lain-lain mengalami penurunan drastis sebesar 77,39%. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2023 Garuda Indonesia mencatatkan sejumlah extra-ordinary item di antaranya gain from bonds retirement dan pendapatan restrukturisasi Anak Perusahaan, sementara transaksi serupa tidak terjadi di tahun 2024.

Rincian Pendapatan per Sektor

Berikut rincian pendapatan Garuda Indonesia selama tahun 2024:

  • Penerbangan Berjadwal: US$ 2,74 miliar (naik 15,32%)
    • Angkutan penumpang: US$ 2,57 miliar
    • Angkutan kargo dan dokumen: US$ 164,70 juta
  • Penerbangan Tidak Berjadwal: US$ 333,75 juta (naik 15,87%)
    • Angkutan charter: US$ 106,27 juta (lonjakan 101,06%)
  • Pendapatan Lainnya: US$ 340,37 juta (naik 25,79%)
    • GMF AeroAsia (pemeliharaan dan perbaikan pesawat): US$ 102,71 juta
    • Aerowisata (biro perjalanan): US$ 40,96 juta (naik 37,12%)

Penambahan Armada untuk Mendukung Ekspansi

Untuk mendukung pertumbuhan operasional dan memenuhi permintaan pasar, Garuda Indonesia terus berupaya memperkuat armadanya. Sejak akhir tahun 2024 hingga Kuartal I 2025, perusahaan telah mendatangkan dua pesawat narrow body tipe Boeing 737-800NG (PK-GUF dan PK-GUG). Lebih lanjut, pada Kuartal II 2025, Garuda Indonesia berencana mengoperasikan dua pesawat tambahan Boeing 737-800NG, yaitu PK-GUH (MSN-44218) dan PK-GUI (MSN-44217), yang saat ini sedang menjalani proses perawatan sebelum dioperasikan pada rute domestik dan internasional.

Prospek dan Tantangan ke Depan

Kinerja Garuda Indonesia di tahun 2024 menunjukkan pemulihan yang signifikan, didorong oleh peningkatan jumlah penumpang dan frekuensi penerbangan. Meskipun masih menghadapi tantangan kerugian bersih, perusahaan terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengelola biaya, dan memperluas jaringan penerbangan. Penambahan armada baru juga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan daya saing di pasar penerbangan global yang semakin kompetitif. Ke depan, Garuda Indonesia perlu terus beradaptasi dengan dinamika industri dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mencapai keberlanjutan finansial dan pertumbuhan jangka panjang.