Mitigasi Hujan Ekstrem Jelang Mudik, Operasi Modifikasi Cuaca Telan Ratusan Juta Rupiah per Penerbangan
Operasi Modifikasi Cuaca Intensif Digelar Jelang Arus Mudik Lebaran 2025
Jakarta – Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus berupaya mengantisipasi potensi cuaca ekstrem menjelang puncak arus mudik Lebaran 2025. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggelar operasi modifikasi cuaca (OMC) secara intensif, khususnya di wilayah Jawa Barat yang diprediksi akan mengalami curah hujan tinggi.
Kepala BNPB, Mayjen TNI Suharyanto, mengungkapkan bahwa setiap pelaksanaan OMC membutuhkan anggaran yang signifikan. "Untuk satu kali penerbangan atau sortie, biaya yang dikeluarkan mencapai sekitar Rp 200 juta," ujarnya di Jakarta, Kamis (27/3/2025).
Dana tersebut mencakup berbagai komponen, termasuk biaya operasional pesawat, bahan semai awan, dan honor petugas yang terlibat. Meskipun tergolong besar, Suharyanto menegaskan bahwa anggaran tersebut sebanding dengan manfaat yang diperoleh dalam meminimalkan dampak buruk cuaca ekstrem.
Sinergi Pusat dan Daerah dalam Operasi Modifikasi Cuaca
OMC ini tidak hanya dilakukan oleh BNPB, tetapi juga melibatkan pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Pemprov Jawa Barat. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah ini dinilai sangat penting untuk memastikan efektivitas operasi.
"Sejak tanggal 10 hingga 20 Maret, kami telah mengerahkan tiga pesawat yang berasal dari BNPB, Pemprov DKI Jakarta, dan Pemprov Jawa Barat untuk melakukan penyemaian awan," jelas Suharyanto. Operasi ini bertujuan untuk mengurangi intensitas curah hujan di wilayah yang berpotensi mengalami banjir dan tanah longsor.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah memprediksi adanya potensi hujan ekstrem di beberapa wilayah Indonesia. Namun, dengan adanya OMC, dampak buruk dari cuaca ekstrem tersebut dapat diminimalisir.
Fokus Pengamanan Arus Mudik di Jawa Barat
Menjelang puncak arus mudik Lebaran, BNPB memberikan perhatian khusus pada wilayah Jawa Barat, terutama kawasan Puncak yang seringkali menjadi titik rawan kemacetan akibat hujan deras. BMKG memprediksi bahwa pada tanggal 28 Maret 2025, kawasan Puncak akan mengalami hujan lebat.
"Saya telah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Barat untuk kembali melakukan rekayasa cuaca pada tanggal 27 Maret 2025," kata Suharyanto. Harapannya, dengan upaya ini, hujan lebat yang diprediksi oleh BMKG tidak akan terjadi atau setidaknya intensitasnya dapat dikurangi.
Operasi Modifikasi Cuaca Berkelanjutan
Suharyanto menegaskan bahwa OMC akan terus dilakukan selama masih ada ancaman cuaca ekstrem. Operasi ini akan dihentikan sementara jika BMKG mengindikasikan bahwa curah hujan hanya ringan dan tidak berpotensi menyebabkan banjir.
"Dari tanggal 20 Maret 2025, operasi sempat dihentikan, tetapi sekarang kami kembali memantau cuaca dari tanggal 25 Maret hingga 1 April. Jika diperlukan, operasi modifikasi cuaca akan terus dilakukan agar arus mudik tetap aman," tegasnya.
BNPB juga memprediksi bahwa wilayah Jakarta akan mengalami hujan ringan pada tanggal 25 Maret hingga 1 April 2025. Akibat hujan ringan yang terus menerus, BNPB memprediksi adanya potensi banjir mulai tanggal 28 Maret hingga 1 April.
"Untuk Jawa Barat, prediksi hujan agak lebat, sedang sampai lebat adalah di tanggal 28 Maret 2025, dan titiknya di Puncak," ujar Suharyanto.
Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem, BNPB dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah sepakat melakukan rekayasa cuaca mulai tanggal 27 hingga 30 Maret. Dalam operasi ini, TNI akan melakukan penerbangan pada siang hari, sementara BNPB akan beroperasi pada malam hari.
"Menyikapi hal tersebut, BNPB dengan pemerintah provinsi Jawa Barat sudah sepakat mulai tanggal 27, 28, 29, 30 juga dilaksanakan rekayasa cuaca," kata Suharyanto.