Frustrasi Memuncak: Warga Gaza Utara Gelar Unjuk Rasa Anti-Hamas di Tengah Eskalasi Konflik

Kemarahan Publik Membara di Gaza Utara

Di tengah eskalasi konflik yang tak berkesudahan antara Israel dan Hamas, ratusan warga Gaza Utara turun ke jalan pada Selasa (25/3/2025) malam. Aksi demonstrasi yang berpusat di Beit Lahia, tepat di depan Rumah Sakit Indonesia, menjadi simbol akumulasi kekecewaan dan keputusasaan masyarakat sipil yang terperangkap dalam pusaran kekerasan.

Massa yang berkumpul menyuarakan tuntutan tegas: penghentian segera operasi militer Israel dan diakhirinya kekuasaan Hamas di wilayah tersebut. Slogan-slogan seperti "Hamas keluar!" dan "Hamas teroris!" bergema di tengah aksi, mencerminkan meningkatnya sentimen anti-Hamas di kalangan warga sipil yang merasakan dampak langsung dari konflik.

Akar Permasalahan: Gencatan Senjata yang Rapuh dan Operasi Militer yang Berlanjut

Unjuk rasa ini dipicu oleh kembalinya operasi militer Israel setelah jeda gencatan senjata yang berlangsung hampir dua bulan. Israel menyalahkan Hamas atas kegagalan perpanjangan gencatan senjata yang diusulkan oleh Amerika Serikat, sementara Hamas menuding Israel telah melanggar kesepakatan awal yang disepakati pada Januari. Eskalasi ini telah menyebabkan ratusan warga Palestina tewas dan ribuan lainnya mengungsi, memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah sangat memprihatinkan.

Aksi protes ini juga terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan krisis kemanusiaan di Gaza. Warga sipil semakin sulit mengakses kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan obat-obatan. Serangan udara Israel telah menghancurkan infrastruktur penting, termasuk rumah sakit dan sekolah, membuat kehidupan sehari-hari menjadi perjuangan yang berat.

Suara-Suara Keputusasaan dan Harapan akan Perdamaian

"Saya tidak tahu siapa yang mengorganisir protes ini, tetapi saya ikut serta untuk menyampaikan pesan dari rakyat: Cukup sudah dengan perang ini," ujar seorang demonstran kepada AFP, menggambarkan semangat yang mendorong banyak orang untuk bergabung dalam aksi tersebut. Peserta lain, bernama Majdi, mengungkapkan kelelahan mendalam yang dirasakan warga akibat konflik yang berkepanjangan.

"Jika meninggalkan kekuasaan di Gaza adalah solusi, mengapa Hamas tidak menyerahkannya demi melindungi rakyat?" tanyanya retoris, mencerminkan frustrasi yang meluas atas kepemimpinan Hamas.

Laporan juga menyebutkan bahwa anggota keamanan Hamas yang menyamar berusaha membubarkan aksi tersebut, menunjukkan ketegangan antara penguasa de facto Gaza dan warga sipil yang semakin tidak puas.

Potensi Meluasnya Gelombang Protes

Selain di Beit Lahia, demonstrasi serupa juga terjadi di kamp pengungsi Jabalia, di mana puluhan orang membakar ban dan meneriakkan tuntutan untuk mengakhiri perang. Beberapa warga Gaza memprediksi bahwa gelombang protes ini dapat meluas ke bagian lain wilayah yang terkena dampak perang, didorong oleh kelelahan dan penderitaan yang terus berlanjut.

Situasi di Gaza semakin genting. Konflik yang berkepanjangan telah merenggut nyawa dan mata pencaharian banyak orang, serta menciptakan krisis kemanusiaan yang parah. Unjuk rasa ini adalah seruan mendesak bagi semua pihak untuk mencari solusi damai dan mengakhiri penderitaan warga sipil Gaza.