Sekolah Lapang Pertanian Klaten: Mengubah Petani Menjadi Pelopor Konservasi Air Sungai Pusur
Sekolah Lapang Pertanian Klaten: Mengubah Petani Menjadi Pelopor Konservasi Air Sungai Pusur
Di bawah terik matahari Desa Karanglo, Klaten, seorang petani bernama Lilik Sri Haryanto tengah meracik pestisida organik dari bahan-bahan alami di sekitarnya. Pemandangan ini menjadi representasi nyata dari perubahan paradigma pertanian yang sedang digalakkan di wilayah tersebut, di mana petani tidak hanya berperan sebagai produsen pangan, tetapi juga sebagai garda depan konservasi air.
Transformasi Pertanian: Dari Kimia ke Organik
Lilik, seorang peserta sekaligus mentor di Sekolah Lapang Pertanian yang diinisiasi oleh Pusur Institute dan AQUA Klaten, menjadi contoh sukses bagaimana edukasi dapat mengubah praktik pertanian konvensional menjadi lebih ramah lingkungan. Sebelumnya, Lilik bergantung pada pupuk dan pestisida kimia untuk meningkatkan hasil panen. Namun, setelah mengikuti Sekolah Lapang Pertanian, ia menyadari dampak negatif bahan kimia terhadap lingkungan, terutama terhadap kualitas air Sungai Pusur yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Klaten dan Boyolali.
"Dulu saya berpikir semakin banyak air semakin subur, tetapi setelah ikut Sekolah Lapang, saya jadi paham bahwa kami harus bijak menggunakan air," ungkap Lilik.
- Manfaat Pestisida Organik:
- Lebih terjangkau secara biaya
- Hasil panen stabil dan lebih sehat
- Bebas residu kimia
- Tidak mencemari air tanah dan sungai
Peran Sekolah Lapang Pertanian
Sekolah Lapang Pertanian bukan hanya sekadar tempat pelatihan, tetapi juga wadah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Lilik kini aktif memberikan pelatihan kepada petani lain tentang pembuatan pestisida nabati dan teknik pengelolaan air yang bijaksana. Keberhasilannya menginspirasi petani lain untuk beralih ke pertanian ramah lingkungan.
"Awalnya tetangga saya ragu, tapi ketika panen saya tetap bagus meskipun pakai air sedikit, mereka mulai bertanya dan akhirnya ikut belajar," kata Lilik.
Dukungan Pusur Institute dan AQUA Klaten
Pusur Institute dan AQUA Klaten berperan penting dalam memfasilitasi perubahan ini. Mereka tidak hanya memberikan edukasi teori, tetapi juga kesempatan praktik langsung di lahan demonstrasi. Selain itu, mereka juga menginisiasi skema Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), di mana masyarakat di hulu yang menjaga lingkungan mendapatkan insentif dari pengguna air di hilir. Insentif ini tidak hanya berupa uang, tetapi juga bantuan akses air bersih dan kebutuhan pertanian.
"Masyarakat di hulu yang menjaga lingkungan mendapat reward dari pengguna air di hilir. Ini menciptakan rasa tanggung jawab bersama dan memperkuat hubungan antara masyarakat," jelas Rama Zakaria, Stakeholders Relation Manager AQUA Klaten sekaligus Pengurus Pusur Institute.
Menjaga Kelestarian Sungai Pusur
Program Sekolah Lapang Pertanian menjadi bukti nyata bahwa edukasi yang tepat mampu membawa perubahan signifikan. Pusur Institute dan AQUA Klaten menunjukkan bahwa menjaga kelestarian air bukan hanya tugas pemerintah atau lembaga swasta, tetapi juga tanggung jawab bersama masyarakat.
"Kami ingin memastikan praktik pertanian di wilayah hulu, tengah, dan hilir Sungai Pusur tidak menjadi sumber pencemaran air, tetapi justru menjadi bagian dari solusi konservasi lingkungan," ujar Rama.
Dengan semakin banyaknya petani yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, harapan untuk melestarikan Sungai Pusur semakin besar. Lilik dan petani lainnya adalah contoh nyata bahwa perubahan kecil di tingkat individu dapat memberikan dampak besar bagi kelestarian lingkungan.
"Sekarang, saya tidak hanya bertani untuk hidup, tetapi juga memastikan tanah dan air tetap sehat untuk anak cucu saya," pungkas Lilik.