Guna Muluskan Penjualan TikTok, Trump Pertimbangkan Relaksasi Tarif Impor Terhadap Produk China

Trump Pertimbangkan Insentif Tarif demi Penjualan TikTok

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuka opsi untuk melonggarkan tarif impor terhadap produk-produk asal China. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mempercepat proses penjualan aplikasi video pendek populer, TikTok, oleh perusahaan induknya, ByteDance.

Tenggat waktu yang ditetapkan untuk penjualan ini adalah 5 April. Jika ByteDance gagal mencapai kesepakatan penjualan sebelum tanggal tersebut, TikTok terancam dilarang beroperasi di Amerika Serikat atas dasar kekhawatiran keamanan nasional. Pemerintah AS khawatir bahwa kepemilikan TikTok oleh perusahaan asal China, ByteDance, dapat membuka celah bagi pemerintah China untuk mengakses data pribadi pengguna Amerika dan menyebarkan propaganda politik melalui platform tersebut.

Sinyal Positif dari Gedung Putih dan Respon Beijing

Trump mengindikasikan fleksibilitas terkait tenggat waktu dan menyadari peran penting yang dimainkan oleh pemerintah China dalam proses penjualan ini, termasuk persetujuan dari pihak Beijing. "Mungkin saya akan memberikan sedikit pengurangan tarif atau semacamnya untuk menyelesaikan ini," ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Rabu, 27 Maret 2025, seperti yang dilansir oleh Reuters.

Kementerian Perdagangan China menanggapi pernyataan Trump dengan menegaskan bahwa posisi mereka terkait tarif tetap konsisten. Namun, mereka juga menyatakan kesediaan untuk berdialog dengan Washington selama negosiasi dilakukan dengan prinsip saling menghormati dan saling menguntungkan.

Tekanan Tarif Sebagai Katalisator

Sebelumnya, pada bulan Februari, Trump telah menaikkan tarif impor terhadap produk-produk China sebesar 20 persen. Kenaikan tarif ini dipandang sebagai tekanan untuk mendorong Beijing agar menyetujui penjualan TikTok. Isu utama dalam negosiasi ini adalah bagaimana cara melepaskan kendali ByteDance atas bisnis yang bernilai puluhan miliar dolar tersebut.

Pada tanggal 20 Januari, hari pertamanya menjabat sebagai presiden, Trump bahkan mengancam akan memberlakukan tarif tambahan jika Beijing menolak kesepakatan penjualan TikTok kepada investor Amerika. Wakil Presiden AS, JD Vance, menyatakan optimisme bahwa kesepakatan akan tercapai sebelum tanggal 5 April.

Investor Berupaya Mengambil Alih Kendali

Reuters melaporkan bahwa investor besar ByteDance yang berasal dari luar China sedang menjajaki berbagai skema untuk meningkatkan kepemilikan mereka dan mengambil alih operasional TikTok di AS. Masa depan TikTok di AS masih belum sepenuhnya jelas, meskipun undang-undang yang mewajibkan ByteDance untuk melepas kepemilikannya telah disahkan dengan dukungan bipartisan.

TikTok sempat diblokir pada bulan Januari setelah Mahkamah Agung AS menguatkan larangan tersebut, tetapi kembali beroperasi beberapa hari kemudian setelah Trump secara resmi menjabat sebagai presiden. Trump kemudian mengeluarkan perintah eksekutif yang menunda penerapan larangan tersebut hingga tanggal 5 April. Ia juga menyatakan bahwa tenggat waktu ini dapat diperpanjang untuk memastikan kesepakatan berjalan dengan lancar.

Langkah Selanjutnya

Situasi TikTok di AS masih dinamis. Potensi relaksasi tarif oleh Trump bisa menjadi pendorong signifikan untuk mempercepat negosiasi. Namun, persetujuan dari pemerintah China dan kesepakatan dengan investor tetap menjadi kunci utama untuk menentukan nasib aplikasi populer ini di pasar Amerika.