Fahri Hamzah Nakhoda Baru BTN: Transformasi dari Aktivis Kampus ke Jajaran Komisaris Bank BUMN

markdown

Fahri Hamzah Nakhoda Baru BTN: Transformasi dari Aktivis Kampus ke Jajaran Komisaris Bank BUMN

Perjalanan karir seorang tokoh publik seperti Fahri Hamzah memang selalu menarik untuk disimak. Setelah malang melintang di dunia politik, mantan Wakil Ketua DPR RI ini kini menapaki babak baru dalam karirnya dengan didapuk menjadi Komisaris PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Penunjukan ini secara resmi dikukuhkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berlangsung di Menara BTN, Jakarta Pusat, pada Rabu (26/3/2025).

Keputusan ini tentu menjadi sorotan, mengingat latar belakang Fahri Hamzah yang dikenal sebagai politisi vokal dan aktivis sejak masa kuliah. Lantas, bagaimana rekam jejak pendidikan dan karir politiknya hingga akhirnya menduduki posisi strategis di salah satu bank BUMN terbesar di Indonesia?

Jejak Pendidikan: Dari Sumbawa ke Universitas Indonesia

Fahri Hamzah lahir dan dibesarkan di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, pada 10 November 1971. Masa kecilnya dihabiskan di desa Utan, sebuah wilayah yang kini telah berkembang menjadi kecamatan. Pendidikan dasarnya ditempuh di sekolah Muhammadiyah, yang kemudian dilanjutkan hingga tingkat menengah atas di SMA Muhammadiyah Sumbawa Besar.

Setelah lulus SMA, Fahri sempat mengenyam pendidikan di Program Studi Pertanian Universitas Mataram selama dua tahun (1990-1992) sebelum akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1992.

Selama menjadi mahasiswa UI, Fahri Hamzah dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Berikut beberapa posisi penting yang pernah diembannya:

  • Ketua Umum Forum Studi Islam (FSI) Fakultas Ekonomi UI
  • Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Senat Mahasiswa Universitas Indonesia (SMUI) pada periode 1996-1997
  • Salah satu pendiri Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Malang

Keterlibatannya dalam gerakan mahasiswa, terutama melalui KAMMI, mengantarkannya menjadi bagian dari gelombang perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Pengalaman ini membentuk karakter dan pandangan politiknya, yang kelak mewarnai karir politiknya.

Karir Politik: Dari Senayan ke Gedung BTN

Karir politik Fahri Hamzah dimulai setelah era reformasi. Ia pernah menjadi staf ahli di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada periode 1999-2002. Pada Pemilu berikutnya, ia berhasil terpilih menjadi anggota DPR RI mewakili daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Di DPR, Fahri ditempatkan di Komisi III yang membidangi hukum dan menjabat sebagai Wakil Ketua. Ia kembali terpilih menjadi anggota DPR pada Pemilu 2009 dan sempat bertugas di Komisi IV serta Badan Kehormatan DPR. Puncaknya, pada periode 2014-2019, Fahri Hamzah menduduki kursi Wakil Ketua DPR RI.

Namun, perjalanan politiknya di PKS harus berakhir pada tahun 2016. Ia dipecat dari partai karena dianggap melanggar aturan partai yang ditetapkan oleh Majelis Syuro. Meskipun demikian, Fahri tidak berhenti berkiprah di dunia politik. Pada 28 Oktober 2019, ia mendirikan Partai Gelora.

Pada tahun 2020, Fahri Hamzah menerima penghargaan Bintang Mahaputera Nararya atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negara. Kemudian, pada tahun 2024, ia dipercaya menjabat sebagai Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam pemerintahan Prabowo Subianto.

Dan kini, di tahun 2025, Fahri Hamzah kembali menorehkan sejarah baru dalam karirnya dengan ditunjuk sebagai Komisaris Bank BTN. Penunjukan ini menandai babak baru dalam perjalanan karirnya, dari seorang aktivis kampus dan politisi vokal menjadi bagian dari jajaran pengelola salah satu bank BUMN terbesar di Indonesia.

Dengan pengalaman dan jaringan yang dimilikinya, diharapkan Fahri Hamzah dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan Bank BTN dan sektor perumahan di Indonesia.