Perebutan Arktik Memanas: Cina, AS, dan Rusia Bersaing dalam Pengaruh dan Sumber Daya

Persaingan Global di Arktik: Cina, AS, dan Rusia Berebut Pengaruh

Arktik, wilayah yang dulunya terpencil dan diabaikan, kini menjadi arena persaingan strategis antara kekuatan-kekuatan global. Perubahan iklim yang dramatis, pencairan es, dan potensi sumber daya alam yang melimpah telah membuka Arktik untuk eksplorasi dan eksploitasi, menarik perhatian Cina, Amerika Serikat, dan Rusia.

Ekspansi Cina di Arktik

Pada Juli dan Agustus 2024, Cina menunjukkan ambisinya di Arktik dengan mengirimkan tiga kapal pemecah es, Xuelong 2, Ji Di, dan Zhong Shan Da Xue Ji Di, untuk melintasi Samudra Arktik. Aksi ini tidak hanya merupakan latihan navigasi, tetapi juga pesan simbolis yang kuat tentang kehadiran Cina yang permanen di wilayah tersebut. Media pemerintah Rusia bahkan melaporkan dengan tajuk utama "Arktik akan menjadi milik Cina", yang menggarisbawahi meningkatnya pengaruh Cina.

Menurut Michael Paul, seorang ahli keamanan maritim dari SWP Berlin, Cina telah aktif di Arktik sejak awal tahun 2000-an, awalnya berfokus pada Islandia. Meskipun menghadapi penolakan dari Denmark dan Amerika Serikat, Cina mengalihkan perhatiannya ke negara-negara lain di kawasan itu, terutama Rusia. Melemahnya Rusia akibat konflik di Ukraina, telah menjadikan Rusia sebagai mitra junior Cina di Arktik.

Dampak Perubahan Iklim dan Terbukanya Jalur Pelayaran Baru

Perubahan iklim memainkan peran kunci dalam dinamika Arktik. Pemanasan global berdampak lebih kuat di wilayah kutub utara, dengan suhu meningkat empat kali lebih cepat daripada rata-rata global. Hal ini menyebabkan pencairan es yang cepat, yang diperkirakan akan membuka tiga jalur pelayaran baru antara Samudra Pasifik dan Atlantik pada tahun 2030-2040.

Jalur-jalur tersebut meliputi:

  • Northeast Passage (Jalur Timur Laut): Terletak di dekat daratan Rusia, jalur ini dikembangkan oleh Cina dan Rusia untuk perdagangan dan pengangkutan bahan baku, terutama gas dari Semenanjung Yamal.
  • Northwest Passage (Jalur Barat Laut): Melewati lepas pantai Kanada, jalur ini lebih sulit dinavigasi dan secara politis menantang karena klaim teritorial Kanada.
  • Transpolar Sea Route (Rute Laut Transpolar): Jalur terpendek yang melewati laut di antara daratan utara, menjanjikan navigasi yang lebih mudah. Islandia berpotensi menjadi pelabuhan perantara yang strategis.

Sumber Daya Alam dan Kepentingan AS

Selain jalur pelayaran, Arktik juga kaya akan sumber daya alam, termasuk gas alam, minyak bumi, logam tanah jarang, berlian, batu bara, dan uranium. US Geological Survey memperkirakan bahwa sekitar 30 persen cadangan gas alam yang belum ditemukan dan 13 persen cadangan minyak yang belum ditemukan berada di Arktik. Sumber daya ini semakin meningkatkan persaingan untuk menguasai wilayah tersebut.

Amerika Serikat juga menunjukkan minat yang besar di Arktik, dengan mantan Presiden Donald Trump bahkan berusaha untuk mengakuisisi Greenland. Langkah ini sejalan dengan kebijakan AS sejak Perang Dunia II dan mencerminkan kekhawatiran tentang pengaruh Cina dan Rusia di kawasan itu.

Dimensi Militer dan Keamanan

Arktik memiliki kepentingan militer yang signifikan sebagai jalur terpendek antara Rusia dan Amerika Utara. AS mengoperasikan sistem peringatan dini rudal di Pangkalan Antariksa Pituffik (sebelumnya Pangkalan Udara Thule) di Greenland. Kehadiran militer Cina juga semakin meningkat, dengan kapal perang Cina yang berulang kali muncul di kawasan tersebut. Pada tahun 2022, AS mendeteksi armada kapal Rusia dan Cina di lepas pantai Alaska, yang semakin memperburuk ketegangan di wilayah tersebut. Kapal perusak berpeluru kendali Tipe 055 Nanchang Cina, yang mampu membawa hingga 112 rudal, menimbulkan ancaman bagi keamanan Amerika Utara. Persaingan di Arktik tidak hanya tentang ekonomi dan sumber daya, tetapi juga tentang dominasi militer dan kontrol strategis.