Eksploitasi Anak di Bengkulu: Balita Penjual Tisu Terlantar Saat Razia Pengemis

Tragis: Balita Terlantar dalam Operasi Penertiban Pengemis di Bengkulu

Bengkulu dihebohkan dengan sebuah insiden memilukan. Cia, seorang balita berusia lima tahun, ditemukan terlantar di Simpang Empat Betungan, Kota Bengkulu, saat operasi penertiban pengemis yang dilakukan oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bengkulu pada Kamis (27/3/2025). Ironisnya, Cia ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang melarikan diri saat petugas Dinsos tiba di lokasi.

Menurut keterangan Cia kepada petugas, ia dipaksa oleh ayah dan ibunya untuk menjajakan tisu kepada pengendara yang melintas. "Aku disuruh ayah dan mama jual tisu, uangnya untuk beli makan," ungkap Cia dengan nada polos, menggambarkan betapa berat beban yang harus ia tanggung di usia yang sangat belia.

Kepala Dinas Sosial Kota Bengkulu, Sahat Marulitua Situmorang, menjelaskan bahwa pihaknya menerima laporan dari warga terkait aktivitas pengemis yang meresahkan di Simpang Betungan. Saat petugas tiba, para pengemis berhamburan melarikan diri, termasuk orang tua Cia yang tega meninggalkan anaknya seorang diri.

"Kami mendapat laporan dari warga di Simpang Betungan yang merasa resah dengan kegiatan pengemis. Setelah kami datang ke lokasi, kami melihat para pengemis lari, termasuk orang tua Cia. Cia ditinggal sendirian saat sedang menjual tisu,” jelas Sahat.

Upaya Penyelamatan dan Tantangan yang Dihadapi Dinsos

Usai kejadian, Dinsos Kota Bengkulu bergerak cepat untuk mengidentifikasi orang tua Cia. Namun, upaya untuk menghubungi mereka menemui jalan buntu. Orang tua Cia enggan menjemput anaknya karena takut berurusan dengan petugas. Pada akhirnya, kakek Cia datang untuk menjemputnya. Namun, ironisnya, alih-alih berterima kasih, kakek Cia justru melontarkan makian kepada petugas Dinsos yang berusaha memberikan nasihat.

"Orang tuanya tidak berani menjemput anaknya. Kakeknya yang datang menjemput Cia, namun saat kami memberikan nasihat, petugas kami malah dimaki-maki oleh kakek Cia,” ujar Sahat.

Sahat menambahkan bahwa keluarga Cia diketahui sebagai pengemis yang kerap berpindah-pindah lokasi di Kota Bengkulu. Mereka berasal dari Kabupaten Bengkulu Selatan dan telah lama beroperasi di kota tersebut. Dinsos Kota Bengkulu sebenarnya telah berupaya membantu keluarga Cia dengan memberikan bantuan KTP agar mereka memenuhi syarat untuk menerima bantuan sosial. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil karena keluarga Cia sulit untuk dibina.

Penolakan Bantuan dan Gaya Hidup yang Kontradiktif

Pemerintah Kota Bengkulu telah berulang kali menawarkan berbagai program bantuan sosial, pelatihan keterampilan, hingga modal usaha kecil bagi keluarga Cia. Namun, tawaran tersebut selalu ditolak. Keluarga Cia juga dikenal sering berpindah-pindah tempat tinggal dengan menyewa rumah kontrakan.

"Kami sudah menawarkan berbagai bantuan seperti usaha kecil, pelatihan, atau kegiatan lain, namun mereka menolak. Mereka juga sering berpindah-pindah tempat tinggal, mengontrak rumah," jelas Sahat.

Yang lebih ironis, Sahat mengungkapkan bahwa meskipun mengaku miskin, keluarga Cia sebenarnya memiliki aset yang cukup. Mereka memiliki sepeda motor dan telepon seluler. Fakta ini menimbulkan pertanyaan mengenai motif sebenarnya di balik aktivitas mengemis yang mereka lakukan.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Dinsos Kota Bengkulu berkomitmen untuk terus berupaya membujuk keluarga Cia agar menghentikan aktivitas mengemis dan meraih kehidupan yang lebih baik. Kasus Cia ini menjadi potret buram eksploitasi anak dan kemiskinan yang kompleks di perkotaan.

Berikut adalah poin-poin penting yang perlu digarisbawahi dari kasus ini:

  • Eksploitasi Anak: Cia, seorang balita, dipaksa menjual tisu oleh orang tuanya.
  • Penelantaran Anak: Cia ditinggalkan sendirian saat razia pengemis.
  • Penolakan Bantuan: Keluarga Cia menolak berbagai tawaran bantuan dari pemerintah.
  • Kondisi Ekonomi yang Kontradiktif: Keluarga Cia mengaku miskin, namun memiliki aset.
  • Resistensi terhadap Pembinaan: Keluarga Cia sulit untuk dibina dan diarahkan.

Kasus Cia ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya perlindungan anak dan penanganan kemiskinan yang komprehensif. Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan.