Kearney: Keterbatasan Spektrum Hambat Laju Ekspansi 5G di Indonesia

Keterbatasan Spektrum Ancam Ekspansi 5G di Indonesia, Ini Kata Kearney

Laporan terbaru dari konsultan global Kearney menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi Indonesia dalam mengoptimalkan potensi jaringan 5G. Meskipun secara global era komersialisasi 5G telah tiba, dimana operator mulai merasakan manfaat investasi mereka, Indonesia masih bergulat dengan keterbatasan infrastruktur, khususnya spektrum frekuensi.

"Indonesia memiliki potensi besar untuk melampaui negara lain dalam hal ketersediaan spektrum yang berkualitas. Spektrum yang ada saat ini belum ideal untuk 5G," ungkap Carlos Oliver Mosquera, Partner Kearney Singapura.

Mosquera menambahkan bahwa diskusi mengenai pelepasan frekuensi 700 MHz, 2,6 GHz, dan 3,5 GHz yang lebih sesuai untuk 5G adalah langkah positif. "Jika regulator dapat merealisasikan pelepasan spektrum ini secara bersih, ini akan menjadi terobosan besar. Spektrum-spektrum ini berpotensi dialokasikan sebagai greenfield, memungkinkan operator memperoleh spektrum berkualitas tinggi yang akan meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan mereka," jelasnya.

Rendahnya Tingkat Adopsi 5G di Indonesia

Data Kearney menunjukkan bahwa penetrasi 5G di Indonesia masih sangat rendah, hanya sekitar 2% sejak diluncurkan pada tahun 2021. Faktor utama penyebabnya adalah jumlah stasiun pemancar yang terbatas dan ketersediaan frekuensi yang belum memadai.

Varun Arora, Managing Partner Kearney untuk Asia Tenggara, memberikan perspektif lain. "Indonesia juga memiliki peluang untuk unggul dalam hal adopsi pelanggan. Harga perangkat saat ini jauh lebih terjangkau dibandingkan saat negara lain memulai adopsi 5G. Selain itu, konsumsi data per pelanggan di Indonesia masih tergolong rendah, sekitar 40% lebih rendah dibandingkan Thailand."

Arora meyakini bahwa 5G dapat mendorong peningkatan signifikan dalam konsumsi data. "Dengan dukungan 5G, konsumsi data per pelanggan berpotensi meningkat dari 13 GB per bulan menjadi 42 GB per bulan pada tahun 2030, atau lebih dari tiga kali lipat," paparnya.

Perbandingan Global dan Potensi Keunggulan Indonesia

Laporan 2025 5G Success Index dari Kearney mengungkapkan bahwa penetrasi 5G terus meningkat secara global, dengan lebih dari 30% populasi di 10 negara telah beralih ke 5G. Uni Emirat Arab dan Malaysia memimpin dengan penetrasi di atas 50%. Adopsi 5G secara global juga menunjukkan tren yang lebih cepat dibandingkan adopsi 4G di masa lalu.

Negara-negara dengan performa penetrasi 5G terbaik saat ini adalah:

  • Amerika Serikat (skor 8,3)
  • Australia (skor 7,4)
  • Spanyol (skor 7,3)
  • Singapura (skor 7,3)
  • Finlandia (skor 7,1)

Arora menyimpulkan bahwa investasi strategis dalam spektrum berkualitas dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi operator di Indonesia. "Jika kita menggabungkan peningkatan adopsi dengan ketersediaan spektrum berkualitas, Total Cost of Ownership (TCO) dari jaringan 5G berpotensi lebih baik daripada jaringan 4G. Ini menjadi krusial karena banyak operator global saat ini kesulitan untuk mendapatkan imbal hasil yang optimal dari investasi spektrum 5G mereka."

Dengan mengatasi tantangan keterbatasan spektrum dan mendorong adopsi yang lebih luas, Indonesia berpotensi memaksimalkan manfaat ekonomi dan sosial dari teknologi 5G.