Renovasi Masjidil Haram: Kilas Balik Sejarah Perluasan dari Umar bin Khattab hingga Era Raja Salman

markdown

Renovasi Masjidil Haram: Kilas Balik Sejarah Perluasan dari Umar bin Khattab hingga Era Raja Salman

Mekkah, Arab Saudi – Pemandangan langit Masjidil Haram yang dulunya dihiasi oleh puluhan crane selama bertahun-tahun, kini telah berubah. Seiring dengan rampungnya proyek perluasan tahap ketiga yang mencapai 95%, crane-crane tersebut telah diturunkan, menandakan babak baru dalam sejarah masjid suci umat Islam ini.

Perluasan Masjidil Haram bukan hanya sekadar proyek konstruksi, melainkan sebuah perjalanan panjang yang mencerminkan kebutuhan umat Islam yang terus bertambah dan komitmen para pemimpin untuk menyediakan fasilitas yang memadai bagi para jamaah. Sejarah perluasan ini membentang dari masa lalu hingga kini, dari era Umar bin Khattab hingga pemerintahan Raja Salman.

Jejak Sejarah Perluasan Masjidil Haram

Perluasan Masjidil Haram telah menjadi perhatian utama para pemimpin sepanjang sejarah Islam. Berikut adalah tonggak penting dalam perjalanan perluasan masjid suci ini:

  • Era Umar bin Khattab (634-644 M): Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, Masjidil Haram mengalami perluasan pertama. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi jumlah umat Muslim yang semakin meningkat yang mengunjungi Mekkah. Umar bin Khattab membeli rumah-rumah di sekitar masjid dan menggabungkannya ke dalam area masjid. Pada tahun 638 M, dinding mulai dibangun di sekitar Kakbah, menandai pembangunan permanen pertama Masjidil Haram.

  • Era Utsman bin Affan (644-656 M) dan Abdullah Ibn al-Zubair (684-692 M): Perluasan berlanjut pada masa Khalifah Utsman bin Affan, dan kemudian oleh Abdullah Ibn al-Zubair yang menambahkan atap di atas dinding yang telah dibangun.

  • Era Khalifah Abbasiyah al-Mahdi (775-785 M): Khalifah Abbasiyah al-Mahdi melakukan perluasan signifikan dengan memindahkan dinding luar sehingga Kakbah berada di tengah halaman. Tiang-tiang dibangun mengelilingi Kakbah dan ditutupi dengan atap, serta beberapa menara didirikan.

  • Era Dinasti Utsmani: Beberapa sultan dari Dinasti Utsmani, termasuk Sultan Salim II dan Sultan Murad III, juga berkontribusi pada perluasan Masjidil Haram. Bentuk dasar bangunan Masjidil Haram yang kita lihat saat ini sebagian besar merupakan hasil perluasan pada masa Dinasti Utsmani.

  • Perluasan Pertama oleh Pemerintah Arab Saudi (1955): Modernisasi Masjidil Haram dimulai pada tahun 1955 di bawah pemerintahan Raja Saud. Proyek ini dikenal sebagai Saudi Riwaq dan menandai perluasan pertama yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi. Saudi Riwaq terdiri dari empat lantai dan meluas dari sisi barat. Raja Fahd kemudian memerintahkan penambahan baru pada Riwaq Saudi dengan sekitar 1.500 kolom berlapis marmer putih.

  • Perluasan Kedua oleh Pemerintah Arab Saudi (1984): Fase kedua perluasan dilakukan pada masa Raja Fahd pada tahun 1984. Luas masjid bertambah menjadi 366.168 meter persegi dari sebelumnya 160.168 meter persegi. Kapasitas Masjidil Haram meningkat menjadi 820 ribu hingga 1 juta jamaah saat musim haji. Dekorasi dan ukiran artistik pada kubah, koridor, langit-langit, dinding, pintu, jendela, dan lengkungan juga diperbarui. Desain baru ditambahkan, termasuk potongan kristal, mashrabiya, lentera, lampu gantung, dan kepala tiang.

  • Perluasan Ketiga oleh Pemerintah Arab Saudi (2011-sekarang): Perluasan ketiga diprakarsai oleh Raja Abdullah pada tahun 2010 dan dimulai pada tahun 2011. Perluasan ini mencakup area seluas 1.564 juta meter persegi, meningkat dari luas sebelumnya 414.000 meter persegi. Bagian yang diperluas meliputi area salat, toilet, fasilitas wudhu, dan sistem pendingin. Bangunan perluasan menggabungkan teknologi modern dengan gaya Islam, termasuk kubah bergerak dan tetap, pintu kaca mewah, jendela berhiaskan kristal, dan kisi-kisi logam berhias (mashrabiya). Pembangunannya dilanjutkan pada masa pemerintahan Raja Salman dan ditargetkan dapat menampung 2 juta jamaah.

Masa Depan Masjidil Haram

Dengan selesainya proyek perluasan ketiga, Masjidil Haram siap untuk menyambut lebih banyak jamaah dari seluruh dunia. Perluasan ini bukan hanya tentang meningkatkan kapasitas, tetapi juga tentang meningkatkan kenyamanan dan keamanan para jamaah. Masjidil Haram akan terus menjadi pusat spiritual bagi umat Islam dan simbol persatuan dan persaudaraan.